NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Jumat, 12 Februari 2010

MENCARI AYAH JUGA

Menurut ayah, ibu terlalu manja. Menurut ayah, ibu tidak mandiri. suatu malam, ibu cerita kalau dia jalan sendiri keluar kantor kehujanan dan menerima telpon dari ayah dengan muka merah dan berteriak keras di telpon. Itu kali terakhir ibu bicara dengan ayah.

Ibu marah.
Ayah pergi.
Ibu kehujanan.

Sudah 3 hari setelah peristiwa itu. ibu tidak bicara dengan ayah. Tidak menunggui ayah pulang. Bahkan ayah juga sering tidak pulang. Tidak dijemput ayah lagi. Pulang pergi kantor sendiri.
Bahkan ibu lebih suka berlama di ruangan kantor. Setelah semua karyawan pulang. Ibu jadi karyawan terakhir yang mengunci pintu. Begitu terus. Padahal ibu penakut. Tapi rasa marah membungkam ketakutan. Ibu pulang. Orang rumah sudah lama bermimpi.

Walau begitu, setiap siang aku mencuri telpon ke ijah. Tidak mencari ayah, tetapi tetap mencari tau. tetap saya pastikan makanan hangat lengkap terhidang. Dan selalu mengingatkan ijah untuk tetap tidak lupa membuat mengkilap mobil ayah. ijah wakil mulutku. Aku tetap seorang ibu. Tapi mungkin bukan isteri lagi. Karena ayah menghilang.

Memang ada laki – laki besar di rumah. Tapi dia bukan ayah. ayah sedang marah. Marah besar dengan ibu. Karena sebuah kata sudah terucap dari mulut ayah. membuat ibu terluka. Kata – kata di depan ATM kantor, dengan suara kencang sambil kehujanan.

Ini fase paling parah dari proses berjalannya waktu hidup kami.

Semua orang pasti mengacungkan jarinya, ketika ada pertanyaan, siapa pasangan suami isteri yang paling kompak ? mereka tahu semua. Kalau pasangan itu. Ibu dan ayah. tapi itu dulu, sebelum mati dan dikubur.

Saya tidak ingat kapan percisnya saya mulai gencatan senjata dengan ayah. Saya betul – betul tidak ingat kapan tepatnya saya mulai membuang pandangan saya terhadap ayah dan mengunci rapat – rapat mulutku. Apakah setelah peristiwa di ATM itu atau mungkin jauh sebelumnya ?

Apakah ini yang namanya bom waktu ?

Yang jelas, dulu sebelum peristiwa ATM. ayah ibu pergi dengan jagoan bertiga. Di dalam mobil, ayah mencela ibu di depan jagoan. Ayah bilang, kalau cari isteri jangan mau di perdaya. Jangan ada di bawah, sementara isteri di atas menginjaki. Jangan cari isteri yang membungkam mulut ayah. ibu teriak. Ayah menginjak rem. Mobil berhenti. Ibu keluar membanting pintu.

setahu saya saat ini kamar kami mulai terpisah.
Hati kami mulai terbelah.
Jiwa kami tidak bersatu lagi.
Bejana satu hilang dari dapur untuk menampung air mata.

Kami punya 3 jagoan. Saya yakin mereka tahu kami bermasalah. Saya yakin mereka dilanda nestapa.
Satu ingin memeluk ayah. Ibu menjauh. Dua ingin memeluk ibu. Ayah memilih berjarak. Ketiga ingin dipeluk ayah ibu. Tidak mungkin. Lemnya sudah tidak menempel. Ayah memilih menempel ke tempat yang lain.

Saya tidak pernah mengundang air mata ini untuk datang. Tapi, suatu siang, jagoan keduaku menangis menghampiriku. Katanya, sms tidak di balas ayah. Mohon izin untuk menelpon ayah. Aku mengangguk. Dia pergi sambil menngantung harap. Belum sampai 5 menit, dia kembali datang dan kembali menangis. Telpon tidak diangkat ayah. Aku tarik dia tenggelam dalam pelukku. Sampai hati ayah.

Saya tidak pernah mengundang air mata ini datang untuk kedua kalinya. Tapi, masih di siang yang sama. Jagoan ketigaku, membuka pintu rumah dan memberi kunci mobil untukku, untuk apa ? mencari ayah. Katanya. Dia masih berdiri di depan pintu. Melihat aku menangis sambil merokok dan jongkok.

Lepas dari kedua jagoanku. Aku mencari jagoan pertamaku. Ada di mana ? aku lihat dia didalam balutan cahaya putih Tuhan. Memilih berdoa. Dia memang terlihat lebih tenang. Tapi, saya ibunya. Saya tahu, kalau dia gelisah. Terlihat dia memanjangkan sedikit waktu sholatnya, menarik nafasnya berulang dan berair matanya. Mencari ayah lewat doa.

Cukup. Jagoanku tidak boleh menangis. Mereka lelaki. Harus kuat. Jangan cengeng seperti ayah. masalah di hadapi bukan di tinggal pergi.

Melihat semua ini, hati saya masih kaku. Tidak mau mencari ayah. Harusnyah ayah mencari ibu. Ayah mencari kita. Kenapa gengsi selalu jadi juara ?

Suatu malam ibu ceria masuk ATM, besok jagoanku disunat. Ibu berubah sedih dan sendu Keluar ATM. Tidak percaya.
Uang ibu habis. Uang ibu tidak ada lagi.
Setelah itu, ibu sibuk mengotak – ngatik buku telepon, berharap ada yang baik memberi pinjaman. Sampai malam ibu baru pulang.
Masuk kamar dan mencium jagoan pertama. Besok jadi remaja. Bersama ibu sendirian saja. Mewakili orang tua.

Hari ini jagoan pertamaku disunat. Bahagia sekali. Mukanya bercahaya. Tapi matanya terus mencari. Ibu tidak peduli lagi. Dan tepat ketika ada sedikit daging yang harus dipotong itu. Jagoan tersenyum melihat ke arah pintu. Lebih bahagia. karena ayah pulang. Mencium kening jagoannya. Tetapi melupakan kening ibu. Apalagi bibir ibu. Jagoan yang lain tidak kalah bahagia. Kening mereka antri. Sementara aku terus menyembunyikan kening. Selamanya.

Sepanjang acara. Ayah dan ibu tidak bicara apalagi bercanda, seperti dulu. Teringat ucapan ayah awal bencana. Capek. Seperti diperdaya ibu. Ibu tidak percaya. Mulut ayah jadi kotor.

Ayah yang selalu disayang ibu mertua. Ayah yang selalu dianggap sebagai ayah terbaik di dunia. Ayah yang selalu membuat semua teman – teman ibu merasa iri. Ayah yang selalu dianggap pahlawan. Ayah yang setia. Ayah yang selalu dipilih jagoan, setiap kali ada pertanyaan, siapa yang mereka paling sayang, ayah atau ibu ?
mereka kompak menjawab. Ayah.

Ibu yang cerewt. Ibu yang selalu ngomel. Ibu yang selalu melarang ina itu. Ibu yang selalu bicara dengan nada teriak. Ibu yang selalu membuat jagoan pucat pasi, kalau mereka berbuat salah. Ibu yang selalu teriak, kalau dapurnya berantakan. Kalau rumahnya berserakan. Ibu yang selalu makan lebih banyak dari ayah dan para jagoan.

Selalu ibu yang salah. Ayah selalu benar.
Ayah lupa. Ketika ayah terjatuh siapa yang menarik ayah ke atas dan bangkit lagi. Ayah mungkin lupa. Ketika negosiasi yang tidak berhasil dengan bos ayah, lalu berhasil dimenangkan oleh ibu.
Ayah pasti lupa, saat mobil mogok di tengah jalan, akhirnya bisa jalan lagi, ketika ibu ikut campur tangan. Sementara ayah hanya duduk manis di dalam mobil.
Ayah teramat – amat lupa, ketika ibu begitu memperketat ikat pinggang, tetapi ayah menghabiskan jutaan rupiah dalam kantong – kantong belanjaan. Koleksi baju ayah juga bukan pasaran. Tapi limited edition yang punya harga.
Belum lagi kalau ayah marah. Tidak ada yang tahu, apa yang berlaku. Membuat malam ibu jadi kelabu. Karena badan dan pipi ibu jadi berwarna biru. Tapi tidak ada yang tahu.

Malam ini aku mendengar suara orang tertawa. Aku tidak cemburu, melihat jagoan bergumul dengan ayah. Aku memilih terkunci di kamar. Terdengar pintu diketuk. Berulang kali. Aku biarkan berlalu. Segera pake earphone, dengar musik sambil menangis menggigit bibir.
Semua orang menyalahkan aku, sebab ayah pergi.
Cuma aku yang tahu. Sama seperti dulu.
Cuma aku dan ayah yang tahu, apa yang terjadi jam 4 pagi di rumahku sendiri.

Tidak ada suara lagi di luar. Kemana ? kini kubiarkan terbuka yang terkunci. Tidak ada siapa – siapa. Dimana jagoan ? dimana ayah ?
aku buka kamar jagoan. Mereka berpelukan berempat.
Harusnya ibu ada di sana. Ketika langkah mulai bergerak ke luar, jagoan bungsuku memanggil, “ Mau kemana ibu ? “
kataku sambil tersenyum, “ mencari ayah”.

Bungsu bingung. Sambil melihat ayah di sebelah. Ini ayah. ibu mencari ayah yang mana ?


Jagoan kedua. Masih asik tidur sambil memeluk ayah.

Jagoan pertama, menarik tanganku. Ingin ikut mencari ayah. kalau bisa sekalian mencari ibu katanya.

Supaya punya ibu dan ayah baru, yang saling bicara.


The end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar