NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Jumat, 12 Februari 2010

MENCARI AYAH JUGA

Menurut ayah, ibu terlalu manja. Menurut ayah, ibu tidak mandiri. suatu malam, ibu cerita kalau dia jalan sendiri keluar kantor kehujanan dan menerima telpon dari ayah dengan muka merah dan berteriak keras di telpon. Itu kali terakhir ibu bicara dengan ayah.

Ibu marah.
Ayah pergi.
Ibu kehujanan.

Sudah 3 hari setelah peristiwa itu. ibu tidak bicara dengan ayah. Tidak menunggui ayah pulang. Bahkan ayah juga sering tidak pulang. Tidak dijemput ayah lagi. Pulang pergi kantor sendiri.
Bahkan ibu lebih suka berlama di ruangan kantor. Setelah semua karyawan pulang. Ibu jadi karyawan terakhir yang mengunci pintu. Begitu terus. Padahal ibu penakut. Tapi rasa marah membungkam ketakutan. Ibu pulang. Orang rumah sudah lama bermimpi.

Walau begitu, setiap siang aku mencuri telpon ke ijah. Tidak mencari ayah, tetapi tetap mencari tau. tetap saya pastikan makanan hangat lengkap terhidang. Dan selalu mengingatkan ijah untuk tetap tidak lupa membuat mengkilap mobil ayah. ijah wakil mulutku. Aku tetap seorang ibu. Tapi mungkin bukan isteri lagi. Karena ayah menghilang.

Memang ada laki – laki besar di rumah. Tapi dia bukan ayah. ayah sedang marah. Marah besar dengan ibu. Karena sebuah kata sudah terucap dari mulut ayah. membuat ibu terluka. Kata – kata di depan ATM kantor, dengan suara kencang sambil kehujanan.

Ini fase paling parah dari proses berjalannya waktu hidup kami.

Semua orang pasti mengacungkan jarinya, ketika ada pertanyaan, siapa pasangan suami isteri yang paling kompak ? mereka tahu semua. Kalau pasangan itu. Ibu dan ayah. tapi itu dulu, sebelum mati dan dikubur.

Saya tidak ingat kapan percisnya saya mulai gencatan senjata dengan ayah. Saya betul – betul tidak ingat kapan tepatnya saya mulai membuang pandangan saya terhadap ayah dan mengunci rapat – rapat mulutku. Apakah setelah peristiwa di ATM itu atau mungkin jauh sebelumnya ?

Apakah ini yang namanya bom waktu ?

Yang jelas, dulu sebelum peristiwa ATM. ayah ibu pergi dengan jagoan bertiga. Di dalam mobil, ayah mencela ibu di depan jagoan. Ayah bilang, kalau cari isteri jangan mau di perdaya. Jangan ada di bawah, sementara isteri di atas menginjaki. Jangan cari isteri yang membungkam mulut ayah. ibu teriak. Ayah menginjak rem. Mobil berhenti. Ibu keluar membanting pintu.

setahu saya saat ini kamar kami mulai terpisah.
Hati kami mulai terbelah.
Jiwa kami tidak bersatu lagi.
Bejana satu hilang dari dapur untuk menampung air mata.

Kami punya 3 jagoan. Saya yakin mereka tahu kami bermasalah. Saya yakin mereka dilanda nestapa.
Satu ingin memeluk ayah. Ibu menjauh. Dua ingin memeluk ibu. Ayah memilih berjarak. Ketiga ingin dipeluk ayah ibu. Tidak mungkin. Lemnya sudah tidak menempel. Ayah memilih menempel ke tempat yang lain.

Saya tidak pernah mengundang air mata ini untuk datang. Tapi, suatu siang, jagoan keduaku menangis menghampiriku. Katanya, sms tidak di balas ayah. Mohon izin untuk menelpon ayah. Aku mengangguk. Dia pergi sambil menngantung harap. Belum sampai 5 menit, dia kembali datang dan kembali menangis. Telpon tidak diangkat ayah. Aku tarik dia tenggelam dalam pelukku. Sampai hati ayah.

Saya tidak pernah mengundang air mata ini datang untuk kedua kalinya. Tapi, masih di siang yang sama. Jagoan ketigaku, membuka pintu rumah dan memberi kunci mobil untukku, untuk apa ? mencari ayah. Katanya. Dia masih berdiri di depan pintu. Melihat aku menangis sambil merokok dan jongkok.

Lepas dari kedua jagoanku. Aku mencari jagoan pertamaku. Ada di mana ? aku lihat dia didalam balutan cahaya putih Tuhan. Memilih berdoa. Dia memang terlihat lebih tenang. Tapi, saya ibunya. Saya tahu, kalau dia gelisah. Terlihat dia memanjangkan sedikit waktu sholatnya, menarik nafasnya berulang dan berair matanya. Mencari ayah lewat doa.

Cukup. Jagoanku tidak boleh menangis. Mereka lelaki. Harus kuat. Jangan cengeng seperti ayah. masalah di hadapi bukan di tinggal pergi.

Melihat semua ini, hati saya masih kaku. Tidak mau mencari ayah. Harusnyah ayah mencari ibu. Ayah mencari kita. Kenapa gengsi selalu jadi juara ?

Suatu malam ibu ceria masuk ATM, besok jagoanku disunat. Ibu berubah sedih dan sendu Keluar ATM. Tidak percaya.
Uang ibu habis. Uang ibu tidak ada lagi.
Setelah itu, ibu sibuk mengotak – ngatik buku telepon, berharap ada yang baik memberi pinjaman. Sampai malam ibu baru pulang.
Masuk kamar dan mencium jagoan pertama. Besok jadi remaja. Bersama ibu sendirian saja. Mewakili orang tua.

Hari ini jagoan pertamaku disunat. Bahagia sekali. Mukanya bercahaya. Tapi matanya terus mencari. Ibu tidak peduli lagi. Dan tepat ketika ada sedikit daging yang harus dipotong itu. Jagoan tersenyum melihat ke arah pintu. Lebih bahagia. karena ayah pulang. Mencium kening jagoannya. Tetapi melupakan kening ibu. Apalagi bibir ibu. Jagoan yang lain tidak kalah bahagia. Kening mereka antri. Sementara aku terus menyembunyikan kening. Selamanya.

Sepanjang acara. Ayah dan ibu tidak bicara apalagi bercanda, seperti dulu. Teringat ucapan ayah awal bencana. Capek. Seperti diperdaya ibu. Ibu tidak percaya. Mulut ayah jadi kotor.

Ayah yang selalu disayang ibu mertua. Ayah yang selalu dianggap sebagai ayah terbaik di dunia. Ayah yang selalu membuat semua teman – teman ibu merasa iri. Ayah yang selalu dianggap pahlawan. Ayah yang setia. Ayah yang selalu dipilih jagoan, setiap kali ada pertanyaan, siapa yang mereka paling sayang, ayah atau ibu ?
mereka kompak menjawab. Ayah.

Ibu yang cerewt. Ibu yang selalu ngomel. Ibu yang selalu melarang ina itu. Ibu yang selalu bicara dengan nada teriak. Ibu yang selalu membuat jagoan pucat pasi, kalau mereka berbuat salah. Ibu yang selalu teriak, kalau dapurnya berantakan. Kalau rumahnya berserakan. Ibu yang selalu makan lebih banyak dari ayah dan para jagoan.

Selalu ibu yang salah. Ayah selalu benar.
Ayah lupa. Ketika ayah terjatuh siapa yang menarik ayah ke atas dan bangkit lagi. Ayah mungkin lupa. Ketika negosiasi yang tidak berhasil dengan bos ayah, lalu berhasil dimenangkan oleh ibu.
Ayah pasti lupa, saat mobil mogok di tengah jalan, akhirnya bisa jalan lagi, ketika ibu ikut campur tangan. Sementara ayah hanya duduk manis di dalam mobil.
Ayah teramat – amat lupa, ketika ibu begitu memperketat ikat pinggang, tetapi ayah menghabiskan jutaan rupiah dalam kantong – kantong belanjaan. Koleksi baju ayah juga bukan pasaran. Tapi limited edition yang punya harga.
Belum lagi kalau ayah marah. Tidak ada yang tahu, apa yang berlaku. Membuat malam ibu jadi kelabu. Karena badan dan pipi ibu jadi berwarna biru. Tapi tidak ada yang tahu.

Malam ini aku mendengar suara orang tertawa. Aku tidak cemburu, melihat jagoan bergumul dengan ayah. Aku memilih terkunci di kamar. Terdengar pintu diketuk. Berulang kali. Aku biarkan berlalu. Segera pake earphone, dengar musik sambil menangis menggigit bibir.
Semua orang menyalahkan aku, sebab ayah pergi.
Cuma aku yang tahu. Sama seperti dulu.
Cuma aku dan ayah yang tahu, apa yang terjadi jam 4 pagi di rumahku sendiri.

Tidak ada suara lagi di luar. Kemana ? kini kubiarkan terbuka yang terkunci. Tidak ada siapa – siapa. Dimana jagoan ? dimana ayah ?
aku buka kamar jagoan. Mereka berpelukan berempat.
Harusnya ibu ada di sana. Ketika langkah mulai bergerak ke luar, jagoan bungsuku memanggil, “ Mau kemana ibu ? “
kataku sambil tersenyum, “ mencari ayah”.

Bungsu bingung. Sambil melihat ayah di sebelah. Ini ayah. ibu mencari ayah yang mana ?


Jagoan kedua. Masih asik tidur sambil memeluk ayah.

Jagoan pertama, menarik tanganku. Ingin ikut mencari ayah. kalau bisa sekalian mencari ibu katanya.

Supaya punya ibu dan ayah baru, yang saling bicara.


The end.

MENCARI AYAH

Menurut ayah, ibu terlalu manja. Menurut ayah, ibu tidak mandiri. Menurut ibu, ayah kurang pengertian. Menurut ayah, ibu terlalu berlebihan. Alias lebay alias hiperbola.
Dalam hal apa ? ibu selalu complain.
Dalam hal apa saja. Ayah membalas complain.


Contohnya seperti saat ini.
Dari lubang kunci kamarku, aku bisa melihat ayah berdiri tegang di depan jendela ruang tamu. Memegang handphone di tangan kiri. Dan memegang rokok di tangan kanan. Mukanya merah.
Tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi nada suara ayah yang ditahan seperti menahan amarah. Hingga akhirnya. Itu kali pertama ayah menutup telpon dengan membantingnya ke lantai.
Aku kaget.
Aku keluar kamar.
Memeluk ayah dari belakang.
Ayah terbata bercerita, malam ini. Ayah tidak bisa menjemput ibu yang kantornya jauh sekali itu. Kata ayah lagi, ibu jalan sendiri keluar kantor kehujanan dan menerima telpon dari ayah dengan muka yang sama merahnya dengan muka ayah ( mungkin bisa lebih merah lagi ) dan berteriak keras di telpon.
Kata ayah, mulai sekarang ibu mengunci mulutnya untuk ayah.
Kata ayah lagi, ibu marah.
Marah sekali.


Aku menyuruh ayah jongkok ( supaya tinggi kami sama ), aku memeluk ayah. ayah balas memeluk aku.
Aku berbisik tepat di telinganya. Aku katakan supaya ayah bersabar. Ayah pasti lebih mengenal ibu dari pada aku.
Lalu ayah mengacak rambutku. Kemudian pergi mencuri bantal dan mencumbui sofa.
Ayah tahu. Ibu tidak akan cemburu pada sofa.

Ayah sudah mengorok.

Pintu gerbang dibuka.
Masih dari lubang kunci kamarku, hati – hati aku mencuri pandang ke luar. Ibu berdiri di depan pintu. Basah. Kehujanan.
Aku keluar kamar.
Memeluk ibu dari depan. Membiarkan bajuku basah seperti baju ibu.
ibu terbata bercerita, malam ini. Ayah tidak bisa menjemput ibu, mungkin karena kantor ibu jauh sekali. Kata ibu lagi ( sekarang sambil menangis ) ibu jalan sendiri keluar kantor kehujanan dan menerima telpon dari ayah dengan muka yang merahnya ( sama merahnya dengan muka ayah ) dan berteriak keras di telpon.
Kata ibu, mulai sekarang ibu mengunci mulutnya untuk ayah.
Kata ibu lagi, ibu marah.
Marah sekali.

Aku menyuruh ibu jongkok ( supaya tinggi kami menyerupai ), aku memeluk ibu. ibu balas memeluk aku. Air matanya menempel di pipiku.
Aku berbisik tepat di telinganya. Aku katakan supaya ibu bersabar. ibu pasti lebih mengenal ayah dari pada aku.
Lalu ibu mencium keningku. Melirik ayah yang sedang mencium sofa. Kemudian pergi masuk kamar dan membanting pintu.
Ibu tahu. ayah lebih mencintai sofa.
Mungkin karena aku anak pertama. Aku cukup tahu, cukup sadar, cukup mengerti, apa yang sedang terjadi.
Aku lebih dekat dengan ayah.
Mungkin karena ayah lebih banyak di rumah.
Mungkin karena setiap hari menyuap makanan ayah.
Mungkin karena setiap hari ayah selalu mengajakku bercerita. Tentang apa saja. Ayah itu temanku. Ayah itu sahabatku. Ayah itu akan jadi juri yang terbaik dalam kontes pemilihan pacarku nanti.hahahahaha…
Aku dekati wajah ayah di sofa. Melihatnya tidur. Mengambil tangannya dan membuang ciumku di punggungnya.

Semenjak ayah sering di rumah, semenjak ayah setiap hari selalu menyuap makanan di mulutku dan semenjak ayah selalu memangkuku dan mengajakku bercerita, ibu mulai aneh.
Pandangan ibu ke ayah seperti pandangan ibu ke manto tukang kebunku. Atau seperti pandangan ibu ke tina pengasuhku.
Ibu yang sibuk. Ibu yang selalu memeluk blackberrynya. Ibu yang pergi di saat matahri masih malu – malu munculnya sampai ibu yang pulang ketika bulan bercinta dengan bintang.
Walau begitu, ayah tidak pernah bosan menemaniku di rumah, menyuapi aku, bercerita sampai aku tidur.
Malam ini. Aku mau tidur di samping ayah. ikut mencumbui anak sofa. Aku yakin ibu tidak akan cemburu.

Udara pagi segar masuk ke dalam rumahku yang semakin hari semakin panas hawanya.

Sudah 3 hari setelah peristiwa itu. ibu tidak bicara dengan ayah. ayah juga tidak mau mendahului bicara. Ayah tidak lagi menunggui ibu pulang. Ibu bahkan semakin sibuk. Tidak pernah dijemput ayah lagi. Pulang pergi kantor sendiri. Pernah juga tidak pulang.

Aku kuatir sama ibu, aku beranikan diri menghubungi ibu di handphonenya. Suara ibu terdengar parau, sedikit gelisah.
Menurut ibu, dia lebih suka berlama di ruangan kantornya. Terus bekerja setelah semua karyawan pulang. Ibu jadi karyawan terakhir yang mengunci pintu kantor. Begitu terus. Padahal aku tahu kalau ibu super penakut. Tapi rasa marah membungkam ketakutan.
Ibu pulang dong.
Ogah.
Terus pulangnya kapan ?
Ketika orang rumah sudah lama bermimpi.
Aku tutup teleponnya.

Aku kuatir sama ayah. cekatan aku menghubunginya. Suara ayah lebih tegar tapi penuh beban.
Menurut ayah, dia lebih baik di luar rumah. Walau tidak bekerja. Setidaknya tidak ada yang mengomeli atau memberikan tatapan rendah. Kata ayah lagi, ayah mencari kenyamanan. Dan itu bukan di rumah. Ayah memang sedang tidak bekerja. Tapi bukan tidak mau bekerja. Padahal aku tahu kalau ayah tidak suka sedirian. Sama seperti ibu penakutnya. Tapi rasa marah membungkam ketakutan.
Ayah pulang dong.
Iya.
Kapan ?
Nanti, kalau ibu sudah mau bermimpi lagi dengan ayah.
Tapi…
Klik.

Aku memandang jendela rumahku dengan air mata. Aku sendirian. Ibu belum pulang. Ayah tidak mau pulang. Siapa dari mereka yang akan pulang duluan ?
Aku tidak akan tidur, sampai mereka pulang.

Ibu mencintai ayah. tapi gengsi.
terbukti, selama marahan. setiap siang ibu mencuri telpon ke siti pembantu kami. Tidak mencari ayah memang, tetapi tetap mencari tau tentang ayah.
tetap memastikan makanan hangat untuk ayah lengkap terhidang. Dan selalu mengingatkan siti untuk tetap tidak lupa membuat mengkilap mobil ayah. siti wakil mulut ibu. Ibu tetap seorang ibu. Tapi mungkin bukan isteri lagi. Itu kata ibu.
Aku menggeleng.

Seminggu setelah peristiwa besar ibu dan ayah.
Ibu masih sering telat pulang.
Tapi ayah sudah tidak pulang. Ayah pergi.
Ayah tidak lagi bersamaku. Ayah tidak lagi menyuapiku. Ayah tidak lagi bercerita.
Semakin kuat aku menarik tangan ibu untuk mencari ayah.
Semakin kuat ibu melepas tanganku, menolak mencari ayah.
Aku butuh ayah.
Aku takut sendirian di rumah. Aku tidak nafsu makan dan aku tidak bisa tidur tanpa cerita ayah.
Setiap malam, aku tidur di tempat ayah biasa tidur. Mengendusi bau badannya yang menempel di sana. Menggantikan ayah mencumbui sofa.
Aku yakin ibu tidak akan cemburu.

Kenapa ayah pergi ibu ?
Suatu sore ketika tumben ibu pulang cepat dari kantor.
Ibu diam.
Ibu boleh mengunci mulut ibu untuk ayah. tapi apakah ibu kunci juga untuk aku ?
Ibu masih diam. Masuk ke dalam kamar.

Mana mungkin ibu marah hanya karena ayah tidak bisa menjemput. Kenapa ayah selalu nampak kalah dibanding ibu. Bukannya di sekolah selalu diajarkan kalau seorang ayah itu tingkatnya paling tinggi di rumah. Harus dihormati. Kenapa ibu tidak melakukan itu ?

Sebenarnya aku tahu ibu, kenapa ayah pergi.
Malam itu di malam yang sama. Malam ketika ibu kehujanan karena ayah tidak menjemput. Dan malam ketika ayah mulai hari pertamanya tidur di sofa. Malam ketika aku tidur menemani ayah di sofa. Ibu membangunkan aku. Dan menyuruh aku masuk ke dalam kamarku.
Masih dari dalam lubang kunci, aku melihat semua.
Memang ada laki – laki di rumahku. Tapi dia bukan ayah. ayahku tidak seperti itu. ayah sedang marah. Marah besar dengan ibu. Karena sebuah kata sudah terucap dari mulut ibu. Membuat ayah terluka. Kata ibu ayah benalu. Tidak bekerja tapi pasrah pada ibu.
Dari lubang kunci, air mataku keluar kamar. Menyatu dengan air mata ayah. mata ibu tidak berair tapi menyala.
Ingin rasanya aku keluar dan memeluk ayah.
Aku menahan sedih yang luar biasa dengan menggigit bibirku.

Dan aku tidak menyangka, kalau malam itu menghantar kepergian ayah dari rumah. Sampai sekarang.
Menurut aku Ini fase paling parah dari proses berjalannya waktu dalam kehidupan kami.
Bertiga.
Ayah dan ibu.
Biasanya, sebesar apapun masalahnya. Ayah dan ibu selalu punya cara untuk akhirnya kembali tersenyum berdua.
Tapi sekarang.
Tidak ada cara. Bahkan untuk mencari ayah.
Aku ingat. Setiap kali ada acara keluarga besar kami. Semua orang pasti mengacungkan jarinya, ketika ada pertanyaan, siapa pasangan suami isteri yang paling kompak ? mereka tahu semua. Kalau pasangan itu. Ibu dan ayah. tapi itu dulu, sebelum mati dan dikubur.

Malam ini hujan. Aku benci hujan. Karena hujan, ayah tidak bisa menjemput ibu, ibu pulang sendiri dan marah.
Malam ini aku dan ibu sama – sama memperhatikan hujan. Sampai ke titik jatuh airnya. Iramanya begitu sendu. Aku tahu ibu mau bercerita kepadaku. Kami berdua menempel di jendela, saling membuang pandang ke depan. Titik – titik air itu seolah berubah menjadi nama ayah.
Akhirnya ibu angkat bicara, ibu tidak ingat kapan percisnya mulai gencatan senjata dengan ayah. ibu betul – betul tidak ingat kapan tepatnya ibu mulai membuang pandangan ibu terhadap ayah dan mengunci rapat – rapat mulut ibu. Apakah setelah peristiwa kehujanan itu atau mungkin jauh sebelumnya ?
Kata ibu mungkin ini yang namanya bom waktu ?

Ibu teringat suatu cerita, awal dari sebuah luka, terjadi jauh sebelum peristiwa hujan. Kami pergi bertiga. Di dalam mobil, ibu mencela ayah. ibu bilang, kalau nanti cari suami, cari yang sempurna, kaya dan baik hati. Setia. Pengertian. Mau menemani dan menjemput dimana dan kapan saja. Mau melakukan apa saja. Dan meletakkan diri kamu di atas segalanya. Tidak diperdaya, tapi ini bentuk cinta. Seorang isteri harus ada di atas bukan di bawah, apalagi kalau isteri yang bekerja. Suami itu harusnya duduk di kantor bukan di rumah menyuapi. Suami itu harusnya meeting bukan asik bercerita.
Sontak ayah menginjak rem. Hampir saja lampu merah dilewati.


Ibu bercerita sambil menahan nafas.
Kata ibu lagi, muka ayah merah nyaris berasap. Lalu gantian ayah mencela ibu . Ayah bilang, kalau nanti aku menikah. Aku harus jadi seorang ibu yang baik. Yang tenang, yang mandiri, yang sabar, yang tidak suka memperdayai, seorang isteri yang selalu ada di samping suami bukan di bawah atau di atas. Isteri yang ikut menyuapi anak-anaknya dan ikut membagi cerita setiap malam. Bukannya seorang isteri yang teriak dan menangis hanya karena tidak dijemput. ibu teriak. Ayah menginjak rem. Mobil berhenti. Mulut ibu kotor. Begitu kata ayah.
Cinta mulai berganti benci.
ibu sedih bercerita, apalagi katanya hati mereka mulai terbelah.
Jiwa mereka tidak bersatu lagi.
Bejana satu hilang dari dapur untuk menampung air mata mereka.
Selesai bercerita ibu tidur.
Tidak di kamar seperti biasa.
Tapi di sofa, mungkin sambil mengendusi bau ayah.
Bersamaku.

Aku anak tunggal pasangan ayah dan ibu. Aku tahu mereka bermasalah. Aku tahu mereka dilanda nestapa.
Ayah dan ibu itu, seperti sebuah paket yang tidak bisa dilepaskan.
Satu ingin memeluk ayah. Ibu menjauh. Dua ingin memeluk ibu. Ayah memilih berjarak. Ketiga ingin saling memeluk. Tidak mungkin. Lemnya sudah tidak menempel. Ayah tidak ada.
Ibu tidak mau mencari ayah.

Aku tidak pernah mengundang air mata ini untuk datang. Tapi, suatu siang di hari minggu. Aku menangis menghampiri ibu.
Sms ku tidak dibalas.
Boleh aku telpon ayah ?
Ibu menggangguk sambil memberikan handphonenya.
Aku pergi sambil menggantung harap.
Belum sampai 5 menit, aku kembali pada ibu dan kembali menangis.
Ayah tidak mengangkat telponku, ibu.
Aku tenggelam dalam pelukkan ibu.
Sampai hati ayah.
Ayah boleh benci ibu. Tapi plis jangan jangan benci aku.
Ibu masih berdiri mematung menghadap jendela.
Aku datang memberi kunci mobil kepada ibu.
untuk apa ?
mencari ayah. Kataku.
Dia masih jadi patung. menangis tapi sekarang sambil merokok.
Aku kecewa.

Aku berlari masuk kamar. Lantas membalut tubuh mungilku dengan pakaian Tuhan, dan membiarkan cahaya masuk ke dalam tubuhku. Memilih berdoa. memanjangkan sedikit waktu sholatku, menarik nafas berulang dan membiarkan berair matanya.
Mencari ayah lewat doa.
Cukup.
Aku tidak boleh menangis. Walaupun aku anak perempuan. Aku harus kuat. Jangan cengeng seperti ibu yang membiarkan ayah pergi. Dan cengeng seperti ayah, yang memilih pergi.
Mengapa hati ibu masih kaku ?
tidak mau mencari ayah. kata ibu, harusnyah ayah kembali pada ibu. Kembali kepadaku. Kenapa gengsi selalu jadi juara.

Hari ini usiaku bertambah satu. Bahagia sekali. Kata ibu mukaku penuh cahaya. Mungkin karena semalaman berdoa.
Pagi ini, mukaku habis diciumi ibu. mataku terus mencari. Ibu seperti tidak peduli lagi. Dan tepat ketika kue hadiah ari ibu akan dipotong. Dan tepat ketika aku selesai mengucapkan permohonanku. Aku bahagia melihat ke pintu. karena ayah pulang. Mencium keningku. Tetapi melupakan kening ibu.
Sepanjang acara. Ayah dan ibu masih tidak bicara apalagi bercanda, seperti dulu.

Ibu melirik ke arah ayah. Ayah yang selalu disayang ibu mertua. Ayah yang selalu dianggap sebagai ayah terbaik di dunia. Ayah yang selalu membuat semua teman – teman ibu merasa iri. Ayah yang selalu dianggap pahlawan. Ayah yang setia. Ayah yang selalu dipilih oleh ku, setiap kali ada pertanyaan, siapa yang paling aku sayang, ayah atau ibu ? dan aku akan cepat menjawab.
Ayah.

Ayah melirik ke arah ibu. Ibu yang cerewet. Ibu yang selalu ngomel. Ibu yang selalu punya banyak aturan. Ibu yang selalu bicara dengan nada teriak. Ibu yang selalu membuat ayah pucat kalau punya salah. Ibu yang selalu teriak, setelah sekarang ayah kehilangan pekerjaan akibat perusahaan ayah bangkrut. Dan tidak pernah suka ayah di rumah, menyuapi aku dan mengajakku bercerita. Ibu yang selalu makan lebih banyak dari pada ayah.

Menurut ayah, selalu ibu yang merasa benar. Ayah yang salah.

Tadi malam aku bahagia mendengar ayah tertawa. Kami tertawa. Aku tidak tahu apakah ibu cemburu, melihat kami. Aku menambahi umurku bersama ayah.
Sementara ibu memilih terkunci di kamar. Aku mengetuk kamar ibu. Berulang kali. Sampai akhirnya berlalu.
Semua orang menyalahkan ibu atas kepergian ayah. aku tahu seperti apa rasa ibu. Tapi aku memilih bercinta dengan ayah.
Mudah – mudahan ayah tidak memilih pergi.

Sang dewi malam semakin kian dekat menjemput. Meminta semua orang untuk segera terlelap.

Aku melihat ibu keluar kamar.
Menangis.
Mau kemana ibu ? kataku menahan langkah ibu.
Mencari ayah.
aku diam.
Ayah ada di sini ibu.
Ibu menoleh. Mematikan kakinya segera.
Ibu melihat, Ayah masih mencumbui sofa.
Ibu cemberut.
Ibu cemburu.
Tapi Ibu berlari mencium ayah. Ciuman yang kembali dibalas ciuman.
Akhirnya, sofa yang cemburu.


The end.
( untuk teman kecilku yang berbahagia karena ayah ibu bersatu lagi……. )

KENANGAN TGL 14 FEBRUARI

sekarang bulan januari...

della dateng ke rumah gue, sambil nangis sesegukan, dan megangin tangan gue, kenceng banget,

" pokoknya kalau abang kagak mau nikahin aye tgl 14 februari nti, udahhhh... aye kagak sudi lagi pacaran ma abang... apaan tuh, udah betaun - taun, cume dipacarin doang aja, kagak ada planing mo dikawinin... mau nunggu aye jadi perawan tua ape ? "

tuh perempuan, mulutnya bekoar aje, ampe pusing pala aye dengernye. Emang iye sih, gue pacaran dah lama banget, kenape kagak ada niatan bakal ngawinin yaaa ? tapi gue cinta banget ma diaaa...

" iye, abang ngartiii dahhh... bukannya kagak mau ngawinin, belum ada modalnya neng... "

gue mencoba untuk tetep ngerayu dela pujaan ati aye, gawat kalo dia nekat minta putus, bisa - bisa aye bunuh nehhh di poon toge...

" kagak pake, pokoknya aye ga peduliii... bulan ini, abang kudu ngelamar aye dan bulan februari abang harus nikahin ayeee... kalo kagakkk.... "

" kalo kagak ape nenngg ?? "

" puuuuttuuussssss..........!!!!!! "

della teriak kenceng banget, ampe berdiri ni bulu roma, hhihihihi... kayak lagu jaman dulu aje.


ga lama habis marah - marah, della pulang, masih dengan mukenye yang merengut, percis banget kayak sapi ompong..
di depan rumah, ketemu ma enyak, kebetulan nehhh..sekalian aje aye curhat,

" nyak...!! "

enyak diem aje.

" nyaaaaakkkk....!!! "

dah manggil lumayan keras, ehh... enyak masih diem ajeeee...

" nyyaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk.... !!! "

kayaknye, neh pita suara gue dah mau putus ma sobek neh, manggilin enyak gue, yang masih aje diem di depan rumah sambil asik jemurin pakaian, kesel banget ati aye, aye samperin aja.. eh kagak taunya... pantesan aje, si emak kagak denger yaaa... ampe lebaran monyet juga kagak bakal denger, kalo si enyak ngejemur sambil dengerin musik dari ipod.
lah buset keren amat yaakkk... ipod dari mana ntu enyak gue boleh pinjem ?
pelan - pelan aye deketin si enyak, mindik - mindik dah kayak maling jemuran, sampe di deket badan enyak aye yang lumayan gede, aye tepok tuh badan,sambil teriak kenceng..

" enyaaaakkkk.......!!! "
" ciiiiaaaaattttt..... eh musuh siapa neh, mau nantangin aye, cucunya penguasa betawi ame isi - isinya... siaaallllannn... sapa neh nyang ngelatahin aye ? "

gue ketawa ngakak, ngeliat muka enyak gue, yang udah kayak udang habis direbus seharian, mukanya enyak matengggg..... kayak telor rebusss...

" enyakk ... " aye samperin enyak, terus ngelepasin kabel earphone dari kuping enyak.
" ade ape ?? loe tuh yeee, ngeganggu kesenengan enyak lo ajeee neehh "
" nyaaakkk... !!! "
" iyeeee... ada ape ? "
" aye minta kawin nyaaakkk... "

enyak, tiba - tiba aje, ngelepasin tuh pakaian nyang mau dijemur, dan ngejewer kupingnya si rahmat alias panggilan sayangnya mamat...

" ehhhh... mamattttt.... loe tuh bego ape tolol ? nah loe aja belum kepuguh kerjaan, gimane juga loe mau minta kawin.. kagak dah... "
" tapi nyaaakkkk... kalo ampe kagak dilamr dan kagak dinikahin februari nanti, della minta putus nyaakkk... ayeeee kagakaaakkk mauuuuuuu.... ayeee cintaaaa matiiiiiii nyaaakkkkkk... " aye beneran nangis neh, sedih kalo bakal kehilangan della, cewek manis yang gue sayang bangettt..

" ya udeh loe kagak usah nangiiisss, dah bangkotan masih aje kagak malu ngeluarin air mata dari biji mata loee.. terserah klo loe mau kaein, tapi... loe kudu kerja dulu..... jangan kayak gni, mau loe kasih makan apa tuh anak ma bini looeee ? "

habis ngobrol ma enyak, gue langsung bingung, apa yang mesti dilakuin, mana duit cuma pas-pasan..

" gue, harus kerja yang lebih giatttt lageee, ni semua hanya demi looo delllaaaa... cintanya abang... "


sekarang masuk bulan februari,

della telepon gue.

" abaannnggggg.... gimana ?? "
" gimana apanya sayanggg ? " gue pura - pura kagak ngerti omongannya.
" jadi ga kita kawin ? " muka calon bini gueeee, jeleeeek bangeeettt... ditekuk, karena pakaian nyang belum digosok seharian..
" jaddiiiiiii dunnnnngggg.... "

della kegirangan, dia lompat - lompat kayak anak kecil, sebentar - sebentar gue dipelukin ma dia, tapi gue sebel, habisnya cuma dipeluk doang, kagak ame ciumannye... pan aye udah kagak sabar lagiiiii...

" kalo gitu bang. sekarang juga abang ke tukang undangan yaaaa.... buat undangannya, masa kita kawin, kagak ngundang ? "
" tapi yang diundang, ga usah banyak - banyak ya neeenggg... "

della cemberut lagiii...
gue ketiban deh ngerayuin lagi..

" iya deh della ngerti, ga usah banyak - banyak juga ga papa, yang penting kita kawinnnnn.... "

gue narik nafas lega, satu persoalan selesai, tapi senengnya cuma bentaran doang.

" abang.. terus, kite kawinnya kapan bang ? "
" iye yeeehh... kapan yah kawinnya ? "

tiba - tiba aja, della lompat lagi dan teriak - teriak kegirangan, dia ambil tangan gue, dan mulai ngajakin gue lompat - lompat juga.

" ayeee dah dapet tanggalnya abang ..." della girang banget, sementara gue aja, masih belum kebayang tanggal berapa bakal kawin ma della..
" tanggal berapa neng ? "
" tanggal 14 februari bang... "
" tanggal 14 februari ?? " kening gue langsung berasa ditarik ratusan meter.
" iyeeee, emangnya kenapa ? kan serruuu tuh bang,samaan ma palentinaan tuhhh... "

sekarang gantian gue yang cemberut.
della nyamperin aye dan duduk di samping gue,

" kenapa abang gerung - gerungan kayak gitu ? "
" kenapa harus tanggal 14 februari seh neng ? "
" emangnya kenapa sih bang kalo di tanggal 14 februari, ada masalah ? " della masih keukeuh seumeukeuh ajaa....
" ada.. "
" karena barengan ma paletin ? "

gue menggeleng.

" terus kenape ? " della dah ngerasa ga sabaran.

" tanggal 14 februari itu dua minggu lagi nenngggg... "

" hah ? masa sih bang ? " della kaget.

" tuh kan ? kamu aja lupa... makanya ga mungkin kan ? "

" kenapa ga mungkin, pokoknya jangan berubah dari tanggal itu... hidup tanggal 14... " della seneng banget, keliatan dari hidungnya yang kembang dan kempis dan mulutnya yang selalu tersenyum dan tertawa.

" tapi neng... "
" masa bodoh... "


della pergi, gue pusing tujuh keliling.
akirnya gue putuskan untuk pergi ke tukang yang ngebuat undangan.


di tempat cetak undangan, gue ngeliatin banyak banget model - model undangan yang bagus - bagus, tapi sayang kondisi kantong gue, tidak memungkinkan memilih yang seperti itu, siang ini di samping aku juga ada seorang bapak yang mau membuatkan undangan untuk khitanan anaknya.

setelah negosiasi yang cukup alot dengan tukang cetak undangan ini, akhirnya dapatlah kata sepakat masalah harga, harga yang sesuai dengan isi kantong.

selama, yang punya toko pergi untuk menawar lagi harga undangan gue, kebetulan bapak itu tampaknya juga sudah selesai menawar.

" mau nikah bang ? " bapak itu nanyain gue.
" iyaa bang... kalo ga ada halangan, minggu tanggal 14 saya nikah pak... "
" ohhhh... sama dong, tanggal 14 februari, anak saya yang pertama juga khitanan, makanya buat undangan di sini... di sini termasuk murah harganya, saya mah ambil yang paling murah aja lahh... kan cuma buat khitanan, beda kalo untuk nikahan yoo mas?? "

pertanyaan atau pernyataan itu sungguh menohok bangetttt....

" berapa pak undangannya per satuan ? " gue penasaran.
" 4500 rupiah aja bangg... murah banget kan yaaa ? kalo undangan pernikahan abang ? "

gue mulai gugup.. tapi belagak cueeekkkkk jugaaa...
"iyeeee... sama - sama segitu juga, di sini kan, kalo udah langganan suka dikasih harga temen gitttuuuuu.... iya kan pak ? "
" betul banget bannggg... ya udah saya cabut dulu yaaaa.... "

gue menarik nafas lega, dan untuk kesekian detiknya, gue ga pernah tahu kenapa ada airmata jatuh dari biji mata gue yang buletnya kayak jengkol, lantas gue ngambil kertas dari dalam dompetku, kertas bon dari si empunya toko, isi kertasnya adalah, banyaknya undangan dikalikan dengan harga per satuannya.

di rumah Della, pulang dari cetak undangan.

" maafkan abang yah del, abang cuma mampu yang harganya 2500 rupiah per buahnya yaaa... kita kalah ma undangan khitanan..."
" ga papa bang... nyang penting kita kawin.. "


" kateringnya gimana bang ? yang enak yaaaaa... "

gue kembali puter otak, akhrinya gue pake jasa katering perusahaan yang selalu gue pake tiap hari, beruntung banget, dia mau kasih diskon.

" maafkan abang yah neng, untuk kateringnya, pake kateringnya kantornya abang... "
" ga papa bang... nyang penting kita kawinnnnn.... "

" emas kawinnya bangggg... ?? "
" belum tahu neeeehhh neng.... katanya sihhh mau pada bantuin... pusinggg abang neenggg... pussiinnng.. "

della memeluk punggung gue, dan sambil menitikkan airmatanya, della bilang ma gue ," ga papa bang... nyang penting kita kawin... "



akhirnya,

Minggu, tanggal 14 februari,

della cantik dengan kebaya warna putihnya dan gue ganteng dengan jas yang gue ukur ma tukang jahit temen gue di kantor, lumayanlah, waktu si kohar ( nama penjahit itu ) mau ketemuan ma temen gue, gue cegat aja dulu, gue sandera masuk ke ruangan gue, dan gue paksa mengukur baju gue, dan memberikan kain supaya dia buatin baju pengantin yang okeeee..

ada penghulu, ada ibu ma bapak, yang baru bisa nafas, akibat ulah gendeng anak - anaknya ngegampangin persiapan pernikahan.
sebelum akad dimulai,
" bang... apa mas kawinnya... ? "

gue masih tutup mulut.

" bang... apaaaa masss kawiinnnyaaaa ? "
" nengggg... nyang penting kita bisa kawinnnn... "

della senyum manissss bangeeettttt buat gue hari ini, apalagi senyum babe ma emak gueeeeee....

akhirnya,

" saya terima nikah dan kawinnya, della binti majenun, dengan mas kawin sebantang emas murni sebesar 100 gram,dibayar TUNAI.... "

tengkiu GOD, akhirnya lancar juga neh lidah.... gue liat di samping, mata Della dah berkaca - kaca...

setelah itu mereka berdoa, dan tiba saatnya pengantin berciuman, ketika gue mau mencium kening della, dengan setengah berbisik della bilang sesuatu buat gueee, so sweeettttt bangettttt.....

( berbisik ) " bangggg.... sekarang kita dah kawinnn yaaaa.... i lop uuu deehhhh... "
" i loooppp uuu juga della.. "
bibir gue nyium kening della ( bini gue ) dengan perasaaan yang seneng bener...

jadi kalo setiap tanggal 14 februari, temen - temen gue pada sibuk ngerayain valentine, kalo gue ma della, sibuk ketawa, Nostalgia... sambil ngeliatin undangan perkawinan yang sampe sekarang masih gue simpen rapi...

buat kenang - kenangan.
" nyang penting, sekarang kite dah kawin yaaa bangggg ??? "
gue ngangguk sambil kasih senyum buat bini tercantik di duniaaa.....




the end
( met palentine teman - teman.... semoga cinta boleh selalu ditabur, bukan hanya di tgl 14 feb aje, tapi setiap detik, setiap menit, setiap hari..... cinta yang seperti nafas... kalu berhenti, kita juga ikut MATI......... berbahagialah kita yang selalu dicinta dan mencinta... )

PENGANTIN BARU

Siang ini hari ketiga Casting games show terbaru, udah ada dua pasang yang keliatan ngantri di ruang tunggu, dan mereka sekarang lagi ngisi form casting.
Selesai menghabiskan makan siangku, aku mulai dengan pasangan yang pertama.
( aku dekati mereka )
Aku : yuukk… ke ruang casting..
Couple : baik mba..

(sampai di ruang casting, aku langsung menyalakan kamera pocket dan merekam obrolanku dengan mereka.
Sampai akhirnya,
Aku : terima kasih… segera dikabari yaaa..

( aku kembali ke ruang tunggu, memanggil peserta berikutnya )
Aku : yuuukk mariii….
Cewek : belum siap mbaaa...
Aku : kenapa belum siap ?
Cewek : saya BELUM nikah...
Aku : trusss ngapain di sini ? bukannya mau casting pengantin baru ?
Cewek : emang kalo duduk di sini, harus ikut casting ya mba ???
Aku : ( sambil pergi ninggalin ruang tunggu ) caaaapeeeekkkk deeehhhhh...

setengah jam kemudian, di ruang casting bersama dengan couple kedua.
awalnya casting berjalan lancar, Sampai akhirnya...
Aku : terima kasih, segera dikabarin yaaa..
suami : shootingnya kapan yaa mba ?
Aku : nanti dihubungin yaaa..
suami : kalau bisa dalam waktu dekat ya mbaa..
Aku : (bingung) emangnya kenapa mas ?
Suami : ( sambil megang perut isterinya ) iya mbaaa... mumpung, perutnya belum kelihatan....
Aku : jaddiiii...isteri kamu dah hamiiilll ??
Suami : iyyaaa mbaaa... anak pertama nehhh... ga kelihatan kan, kalo dah hamil... baru 3 bulan mbaa...
Aku : ya ampun mas, kalo HAMIL ga boleeeeehh ikutaaannn....
Suami : tapi kan, saya yang hamiliiinnnn...???
Aku : maksudnyaaaaa ???????? caappeeeekkkk deeehhhhhh....

aku keluar ruangan sambil garuk - garuk kepala yang sebenarnya ga gatel.

( karena belum ada lagi peserta yang datang aku balik ke ruangan, sambil menunggu peserta yang lainnya )

Sekitar sepuluh menit menunggu di ruangan sambil main onet, ada seorang pemuda yang masuk ke ruanganku.
Pemuda : mau casting mba..
Aku : oh.. baik, sebentar saya ke sana yah, saya print dulu form castingnya.

( setelah selesai diprint, aku langsung ke ruang tunggu, menemui pemuda itu, yang lagi duduk dengan seorang perempuan )
Aku : ini mas form castingnya, isterinya yang mana ?
Pemuda : maksudnya mba ? ( bingung, sambil menoleh ke perempuan yang ada di sampingnya )
Aku : ( bertanya dengan polosnya ) iya, mas mau casting kan ? mau jadi peserta games show pengantin baru ?
( pemuda itu mengangguk )
Aku : makanya, saya tanya, isterinya mana ?
( pemuda itu mulai kesel )
Pemuda : ya ini isteriiiiiiii sayaaaaaaa mba.. ( pemuda itu kesel sambil merangkul perempuan yang dari tadi ada di sampingnya )
Aku : ( mulai salah tingkah ) aduuuuuhhhh, maaappp yaaaa maaaassss.. sayaaa gaaa tauuuu… ( aku menengok ke perempuan itu yang mukanya juga sudah mulai merah ) maaaapppp yaaaaa….
Pemuda : ga papa kan mba?? Ga ada masalah kan ?? ( dia memastikan lagi )
Aku : ooohhhhh ga paaaapaaaa… maaaap bangeeet… kalau sudah selesai bisa langsung ke ruang casting yang ada di pojok ruang itu yaaa. ( aku ngeloyor pergi sambil nahan ketawa )

( sampai di ruang casting, aku masuk dan langsung telpon agencynya )
Aku : halloooo… iya mereka udah dateng, baru aja tuh, sekarang lagi ngisi form casting.. betewe.. anyway busway, gue malu paaakkk…kenapa loe ga bilang dulu sehhhhh pak ?
( terdengar suara ngakak dari seberang telepon )
Aku : lain kali konfirmasi, biar ga salah paham… tauuuu ?? ( telepon langsung aku tutup, walaupun tuh koordinator agency masih ketawa ngakak) siaaalaaaaannn…..

Ga lama kemudian ada suara pintu diketuk.
Aku : silahkan masuk.
( pintu dibuka, dan couple itupun masuk )
Aku : ( masih ga enak hati ) silahkan berdiri, saya foto dulu untuk kebutuhan data base yahh… ( mulai foto session, pertama foto suami, kedua foto isteri dan ketiga foto mereka berdua )

Sumpah… foto mereka..mesraaaaaaaaaaaaaa banget.. ampe garing ngeliatnya.
Aku : oke, sekarang.. silahkan duduk ( mereka duduk di hadapanku ) kita mulai perkenalan yah.. oya, sebelumnya, sekali lagi, saya minta maap yaaaa….
Isteri : ga papa mba.. udah biasa koq ( saling mengerling manja dan merangkul suaminya )

( aku menahan geli sambil mulai merecord )
Aku : Standbye.. Perkenalan pasangan… Action..

Suami : halo, nama saya yudhi, usia saya 25 tahun..
Isteri : halo, nama saya ratu, usia saya 45 tahun… saya ibu dari 3 anak dan 2 orang cucu.…


THE END.
(ga salah dong gueeee ??? )