NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Senin, 12 Juli 2010

HANYA BERCERITA TENTANG SEBUAH CERITA CINTA TENTANG AKU, DIA DAN TEMAN ( ATAU KAMU ? )

Huh. Gimana kamu mau kawin, kalo setiap hari pulangnya pagi terus, mamak Saya selalu teriak begitu setiap kali membuka pintu pagar. Hari ini. Saya pulang jam 4.30 pagi. Kemarin. Saya pulang jam 03.00 pagi. Kemarin lusa. mamak buka pintu pagar jam 02.00 pagi. Besoknya lagi. Adik Saya yang buka pintu. Mamak duduk menonton tivi. Mukanya cemberut. Tapi tetap membuatkan Teh hangat. Saya jadi serba salah. Kalau sudah begitu, Saya berfikir keras untuk mengalihkan amarah mamak.

Ada lelaki yang mau ngajak Saya ketemuan loh, mak. Akhirnya kita berdua malah ngobrol sampai pagi. Mamak curcol. Tidak mengapa. Yang penting, dia lupa marahnya tadi ke Saya.

Saya ketagihan.
Pulang malam sudah seperti rokok. Seperti nulis. Seperti curhat. Seperti ML ( itu kata seorang teman)
Tapi, Saya tetap menelpon ke rumah, ketika mobil Wendy atau Anton hampir mendekati rumah Saya.
Mamak membuka pagar.
Mulut Saya jahil langsung bercerita.
Mamak diam.
Tapi. Dia senyum. Itu CUKUP buat Saya.

Kenapa sih, semua bertanya hal yang sama. Kapan saya kawin ? Saya mau kawin. M A U.
Harusnya kawin itu kalau sudah punya lelaki yang dikasih nama Pacar. Lah. Pacar belum ada. Calon suami masih nyari. Temen dekat sih banyak. Emangnya salah satu dari mereka, mau nikahin Saya? Kepala Saya menggeleng cepat. Mulut Saya tertawa riuh. Tidak mungkin.
Mereka itu teman Saya. T E M A N. lagipula. Umur mereka ( kebanyakan ) jauh di bawah Saya.
Kakak.
Hanya itu status paling indah dari mereka buat Saya. Satu hal yang paling penting. Mereka tidak mungkin menikahi perempuan sinting seperti.. SAYA.

Perempuan sinting seperti Saya ini, jodohnya pasti tidak biasa. Saya butuh lelaki yang sintingnya SAMA. tapi berOTAK. OTAK nyang sama SINTING. Saya butuh lelaki yang bisa membuat Saya melotot melihat dia bicara dengan cerdas yang menempel seumur hidup di kepala. Kalau sudah begitu. Tanpa diminta, Saya akan menyodorkan tangan kanan Saya. Tanpa permisi. Minta dikawini.

Saya ingin kawin. Dengan manusia. Bukan Binatang. Perkawinan Saya ini. Bukan sebatas melewati malam pertama. Saling membuka baju dan celana. Jari yang gesit melepas tali beha. Mulut yang gatal melap badan dengan bibir. Menaruh bantal di bawah pantat. Membuka selangkangan dan tanpa ada intro. Langsung menusuknya sampai berdarah. Kalau keahliannya seperti itu. Saya tidak butuh Dia untuk seumur hidup. Saya akan hubungi Kamu nanti. Tinggalkan saja nomor Hape.

Eh. Jangan gitu dong bicaranya. Saya belum menikah bukan karena Saya tidak laku. T I d a k l a k u. bukan. Bukan juga karena Saya ini Lesbi. L e s b i. Bukan. Saya masih suka batang yang mencumbui lubang. Saya cinta mulut yang menghisapi putting, sampai Saya menggelinjang. Jatuh berkeringat.

Saya masih suka dengan sesuatu yang berbeda dengan kepunyaan Saya. Tidak seperti sedang bercermin. Bukan juga karena Saya ini perempuan pekerja keras. Maka Saya menolak untuk menikah. NOL.
Kerja keras apa, kalau setiap malam, setelah pulang kerja di kantor. Lantas duduk manis di depan laptop sambil merokok dan menulis kisah sampai ngetik berdiri. Laptop di taruh di atas meja tinggi. Saya mengetik sambil berdiri. Bahkan kecing di celana. Karena terlalu seru.

Dan, besoknya masuk kantor siang sambil mengantuk. Orang – orang yang membaca tulisan Saya. Mereka bertepuk tangan. Saya sukses mengolah rasa dalam kata. Lantas, Mengapa Saya tidak sukses menikah ? Saya tidak tahu. Tanyakan saja pada Tuhan. Setiap hari Saya sudah bertanya. Mamak bahkan bertanya sampai menangis.
Eh, jangan begitu bicaranya. Tuhan itu sayang sekali sama Saya.

Benar begitu Tuhan ?

Sial. Selalu sial. Beberapa Lelaki itu pernah bertemu dengan Saya. Beberapa kali. Setelah itu. SMS tidak dibalas. Telepon tidak diangkat. FB sengaja diremove. Namanya hilang dari list BB saya. Ampun deh. Lelaki itu maunya apa. Saya maunya apa. Mamak maunya apa. Tuhan maunya Saya berjodoh dengan siapa. Saya maunya nikah dengan siapa ?
Dengan orang kaya?
Dengan lelaki paras ganteng?
Dengan penulis ?
Dengan lelaki biasa saja. Biasa kayanya. Biasa mukanya. Dan BIASA MENULIS. Saya rasa itu SUDAH CUKUP.

Saya teriak malam itu. Sebenarnya Saya tidak boleh nikah ? ya sudah begini saja. SAYA TIDAK MAU MENIKAH. Puas ? Sambil Saya menengadah ke atas, ke samping kiri dan kanan. Terakhir ke bawah. Keliatan sekali.
Saya Frustasi.
Kalau sudah begitu. Teman – teman membantu Saya membakar batang rokok dan memasukkannya ke dalam mulut Saya. Lebih baik merokok sampai paru – paru bolong. Daripada mulut bicara kotor. Bicara tentang TIDAK MENIKAH. Sebelum Saya meralat omongan itu. Mereka diam. Walau duduk bersebelahan. Mampus aku. Iya..iya.. aku ralat. Aku ingin menikah. Lagipula. Saya yang tidak mau menikah. Kenapa ALAT KELAMIN Saya yang menangis ?

Aneh.

Sumpah.
Saya kangen pacaran. Kangen tangannya dipegang. Kangen bibirnya dicium. Dicium yang lama. Lidahnya dimaenin. Liurnya nyatu. Volume desahnya dikencengin. Kepalanya goyang – goyang. Tangannya jambakin rambut Saya. Matanya terpejam. Mata nya Dia tidak. Saya curi liat dari ujung mata yang terbuka.
Sumpah.
Saya belum pernah ML. Tapi, Saya tahu caranya. Saya tau rasanya. Saya denger ceritanya. Sampai ikutan ngos – ngosan. Cerita yang mampir hampir setiap malam. Telinga Saya hebat. Tidak pernah bosan. Kelamin Saya bahkan ketagihan. Marah dia. Sampai menangis. Hanya karena, Saya belum juga menikah. Kalau dia nangis. Apalagi Saya. Bodoh.
Suatu kali. Saya kedatangan tamu. Seorang teman. Sendirian. Tidak jomblo. Seperti Saya. Dia baru saja punya pacar. Senyum riang sepasang bibir ranum, yang pastinya sering dicium itu. Mulai bercerita. Mulutnya mulai dibakar sebatang rokok. Mulut Saya juga. Mulut Saya tidak egois. Biar Mulutnya saja yang bercerita. Saya hanya mendengar dan mencuri rasanya saja. Lagian, gimana mau cerita. ML saja belum.
Saya tidak mau sendirian bermain Klitoris. Emang enak ?

Sakit ? pertanyaan bodoh. Pertanyaan lugu. Pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan. Bertanya itu yang bodoh. Iya sakit. Menjawab itu lebih bodoh. Apalagi, kalau sudah dijawab dan lalu dikoreksi jawabannya. Seperti ini. Sakit tapi enak. Enak sakitnya. Sakit tidak ? Sakit sedikit. Ga deh. Ga Sakit.
Ga sakit ? Kening Saya berkerut. Koq bisa, kening Saya berkerut hanya mendengar masalah SAKIT ini. Kenapa kening Saya tidak berkerut kalau di kantor ?

Selepas menyalakan Komputer dan melihat hidangan kerjaan yang numpuk. Dasar. Kalau sudah urusan selangkangan aja. Semuanya jadi nomor DUA. Bukan nomor SATU lagi. Lupa ? Waktu beredar video yang membuat salon laku keras. Dan teman – teman saya bekerja dengan kepalanya yang miring. Kepala saya tidak. Otak Saya yang miring. Saya ga mau nonton video cupu begituan. Saya mau ada di situ, jadi pemeran utamanya. Artinya apa ? SAYA MAU MENIKAH. Titik.
Siapa yang mau nikahin Saya ? Nah, itu dia. Saya ga tahu. Dari pada pusing mikirin Saya. Mendingan pusing dengerin cerita teman tentang rasa ( sedikit ) SAKIT yang ENAK itu.
( tapi, tangan harus ada di atas meja )
( dilarang keras ada di bawah meja )
( apalagi di dalam rok )
(atau menarik resleting jauh ke bawah )
Tahan.
Lebih enak kalau asli.


Percaya tidak. Saya sempat lupa loh, kalau Saya ingin sekali menikah. Koq bisa ? Ya bisa. Teman. Itu obat mujarab. Sekaligus candu. Sekaligus virus. Dia itu teman lama Saya. Berdarah yang sama. Berkelamin yang beda. Dia itu punya teman yang banyak. Tidak seperti Saya. Dia itu tahu, kemana dia akan pergi setelah pulang kerja. Saya juga tahu. Pulang ke rumah. Hanya begitu saja. Lalu membuka laptop dan mulai bersenggama. Nulis juga hanya buat sendiri. Sinting yang dirahasiakan.
Bosan.
Jenuh.
Bete.

Adit tidak pernah Bosan.
Tidak pernah Jenuh. dan,
Tidak pernah bete.

Ada rahasianya.
Adit punya Anton. Anton punya Cemzki. Cemzki punya Valen. Valent punya Arga. Arga punya Ian. Ian punya Mia. Mia kekasih Berry. Berry juga kenal dengan Bagus. Bagus pacarnya Sandie. Sandie kenal juga dengan Ivo. Ivo belum kenal Wendy. Wendy kenal Arnis Broo. Mantan Yudhi yang skrng punya Ninu. Adit punya adik Beq punya adik Andar. Andar punya isteri. Adit belum. Sama seperti Saya. Saya sama Adit ?
Pertama, Berbeda agama.
Kedua, Berbeda suku.
Ketiga, Saya suka pria yang slim. Saya sudah kelebihan lemak, soalnya.

Saya tidak pernah tahu. Absurd. Kenapa Saya tiba – tiba sudah ada di dalam deretan nama – nama tadi. Saya tidak sadar. Setiap hari Saya bertegur sapa. Bahkan curhat dengan mereka. Tidak semua. Hanya beberapa saja. Anton misalnya. Teman Lebay kalau Melow datang menghampiri.
Kalau Adit saya bukan hanya sekedar curhat. Bahkan telanjangpun sudah pernah.

Saya ingin dekat dengan cemzky. Dengan Arga. Dengan Ian. Dengan Bagus. Dengan Mia. Dengan Valen. Dengan Yudhi. Dengan Ninu. Dengan Arnis Broo..

Empat jempol Saya. Buat Wendy, yang dengan TIDAK SADAR menghantar Saya pada mereka. Saya sekarang sudah kesetrum. Sudah gosong.
Saya suka gosong.

Saya bisa menggeser redup hati Saya. Saya punya cahaya yang terang. Cahaya yang keluar dari mata beberapa pasang teman baru Saya ini. Saya bahagia. Saya tidak perlu dinamai yang sama dengan mereka. Melihat Bagus membelai Sandie dan menyuapi dia makan. Melihat tatapan mata cinta Berry ke Mia. Melihat pelukan Anton dari belakang melingkar di pinggang Cemzki. Melihat genggam tangan Wendy di tangan adit. Melihat Ian, Valent dan Arga tersenyum saling melirik. Melihat Arnis Broo dengan gaya ala model, semangat membangung boutiqenya dan bercita – cita ke luar negeri. Melihat Yudhi menggandeng Ninu. Nyanyi di depan mukanya sambil memainkan tangan di hidung. Memainkan mata dan hati.
Saya tahu. Saya memang butuh Cinta. Saya butuh suara emas Yudhi dan Anton dalam ruang karaoke. Memejamkan mata. Tereak kenceng. Cinta, kamu dimana ? Sinting. Dasar perempuan Sinting.

Jangan tertawa kencang seperti itu akh. Saya kan malu. Enak kamu sudah nikah. Kamu juga enak sudah pacaran. Apalagi kamu yang lagi deg – degan nunggu lelaki datang buat ngelamar. Saya ? masih nunggu.
Saya cinta diri Saya sendiri. Itu yang pasti. Lebih baik Saya melajang seumur hidup dari pada ketemu laki yang cuma gunain OTAKnya pas di kamar ajah. Main suruh seperti pembantu.
Ngeliat Saya Telanjang.
Kemaluannya langsung Tegang. Saya minta maaf. Sekali lagi. Bukan Saya tidak normal sebagai perempuan. Bukan Saya terlalu takut untuk ikut TEGANG.

Saya butuh tersenyum dan membelai kepalanya. Mengikut sertakan bibir Saya untuk ikut mencintai rambutnya. Keningnya. Hidungnya. Bibirnya. Lehernya. Dadanya. Pinggangnya. Saya kompak dengan tangan Saya. Makanya Saya biarkan saja tangan Saya itu ikutan meremas sama seperti tangan Dia meremas Saya. Semua Saya lakukan dengan penuh Cinta. Nafsu juga. Bukan BINATANG.

Bersama teman – teman. Saya merasakan Cinta. Saya merasakan Keringat di dalam ruang AC. Saya merasakan degup jantung yang menggila. Bukan karena Saya mencintai satu di antara mereka. Ini bukan masalah Cinta yang melulu masalah daging. Ini masalah hati. Ini masalah kebutuhan untuk saling bicara. Saling menguatkan. Saling bertukar cerita. Saling meremas duka. Duka yang terlalu kejam. Saya mau meremas duka mereka. Saya yakin Mereka mau meremas duka Saya ( juga ).

Tadinya Saya pikir tidak punya pacar itu DUKA. DUKA kalau belum punya pacar. Dan belum juga menikah itu seperti AIB. AIB karena belum juga nikah. Ada yang lebih DUKA dan ada yang semacam AIB. Apaan tuh ?
TIDAK PUNYA TEMAN.



The End.
Sekali lagi dan untuk kesekian kalinya..
Wanna say thanks to Adit. To ur love beside me. To be my gud Friend. And Brother.

Tidak pernah luput terima kasih untuk kalian. Teman yang di wajahnya tergambar senyum dan rekah tawa. Yang di hatinya tersimpan cinta dan kasih dalam suka. Juga duka.
(Anton.Arga.Arnis.Bagus.Berry.Cemzky.Ian.Mia.Yudhi.Ninu.Valent.Sandie.Ivo.Wendy )

Biarkan Saya bertepuk tangan untuk Malam yang selalu saja mau bersahabat. Tepuk tangan yang meriah pada setiap tempat yang memberi kenyang perut.
Juga. Senang hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar