NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Jumat, 15 Januari 2010

KAMAR NO. 210

Aku gelisah melihat jam yang semakin sering melirik mataku...senyumnya mengejek dan berlarian mengejar kertas - kertas yang siap untuk dihidangkan di meja bos..

Duh, kenapa sih, jam dinding dan jam di tanganku, kompak untuk berjalan terlalu lambat..

Padahal ada janji sore ini, bertemu dengan kekasih hati yang selalu mengganggu jiwa dengan cintanya,
Lelaki itu selalu menggangguku dengan persembahan kata - katanya selama lebih dari lima tahun.

Lima tahun yang indah dengan tangan yang selalu digandeng, dan kening yang selalu dicium setelah itu punggung tangan, ritual cinta setiap kali memulai dan menyelesaikan pertemuan..

Walaupun selalu ada air mata setiap kali berjumpa dengan hari minggu..
Karena langkah kita berbeda, aku masuk pelataran gereja sementara langkahmu menghantar tanganmu memutar keran air dan berwudhu..
Langkah yang selalu beda selama lima tahun, dan belum ada jawab atas sebuah pertanyaan sunyi.

Sempat cinta diputus di tengah jalan, dengan air mata yang tidak berhenti mengalir sampai berhari - hari, dan akhirnya air mata itu berhenti juga, karena ada yang rindu dan sayang, karena cinta kembali datang dan memohon.
( awal bencana karena ada cinta yang dipaksakan )

Aku kembali punya darah.. Kamu kembali menciumi punggung tanganku dengan tergesa - gesa. Punggung tangan yang sempat terlantar.

Kami selalu berdoa hal yang sama, dengan ritual yang sama, saling berpegangan.
Walaupun dengan kata-kata yang berbeda, tapi tujuan yang pasti.

Seperti ini,
" Ya Tuhan, aku mencintai betul, laki-laki yang ada di depanku ini, apakah mungkin dia akan menjadi suamiku ?" isi doaku,

" Ya Allah, atas ridhoMU, apakah hamba bisa menikahi perempuan cantik yang aku cintai ini,kabulkan doaku..amin Ya Robbal Allamin..." doanya lelakiku.

Setelah itu ada dua pasang mata yang terbuka, saling memeluk dan bertukar air mata..
Ritual doa ini, selalu membuat aku dan dia menangis.

Maka, setelah itu, aku akan duduk dan merapatkan kedua tanganku memeluk perutnya dari belakang, membiarkan angin menampar wajah kita yang penuh cinta, dan aku biarkan salah satu tangannya memegang tanganku yang diam di perutnya,
Tangan yang tidak berhenti mengusap, sampai motor ini menghentikan langkahnya.
Sementara tangannya mengusap, kepalaku cemburu, dia ingin juga bersandar pada punggung lelakiku..

Sepanjang perjalanan yang berisik dengan deru motornya, selama itu juga, aku biarkan air mata ini membasahi muka dan punggung badannya,
Maka setelah itu, tangan kami semakin erat menggenggam..

"Aku mencintai kamu.." bisikku di telinganya..

Aku tahu dia menjawab sambil menangis, katanya," aku juga sangat mencintai kamu" setelah itu genggamannya semakin mengeras, dan suara tangisku yang menempel di punggungnya semakin jauh pelan ditelan suara bising motor.

Kantor jam 5 sore,

Aku menghapus air mata yang merusak makeup cantikku sore ini..
Aku tidak pernah kuat untuk menahan rasa pedih yang muncul, setiap kali aku melihat wajahnya di dalam ruang jiwaku..

Aku tahu, kami dikejar waktu..
Waktu yang semakin melejit menjauh..
Waktu yang belum memecahkan masalah..

Lalu, aku membereskan meja kerjaku, dan bergerak ke toilet untuk mempersiapkan mukaku untuknya,malam ini.

Beberapa lama di dalam toilet, sudah cukup membuat aku kembali jadi cantik, aku harus cantik sekali malam ini.
Karena aku akan bertemu dengan pangeranku,walaupun tidak berkuda..

Jam 18.00
Lobby hotel.

Aku sendirian menunggu.
Celingak celinguk membagi pandangan, sekalian membagi harap, tidak satu pun manusia di dalam sini yang mengenaliku.

Tidak kurang dari sepuluh menit setelah itu, ada yang mencium leherku, ciuman yang menggandeng wangi yang sangat aku kenal.
Aku menoleh dan berhasil menebak dengan tepat.
Buat apa mengenal lima tahun tapi tidak mengingat.
Semua hal dari dia, menempeli ingatanku..
Makanya aku tidak sanggup, kalau harus kehilangan semua ingatan ini, dan lantas jadi amnesia.

Amnesia karena cinta.

Jam 18.20,
Dalam lift hotel

Tanganku begitu enggan melepas tangannya, seperti tangan pengantin baru yang sedang honeymoon.
Tapi sayang, ini bukan honeymoon, baru persiapan saja.

Lift terbuka, seakan begitu cepatnya waktu berlalu..

Langkah kaki mengiringi waktu yang berjalan begitu cepat meninggalkan hari.
Membuat gelap yang tadinya terang.
Seperti kami yang menyalakan lampu, ketika sudah masuk ke dalam kamar.
Kamar kami.
Kamar no.210

Aku masuk dan menutup pintu, seraya berharap, pintu itu kehilangan kuncinya dan kami bisa selamanya bersama sampai mati.
Lelakiku pasti rela membayar tagihan kamar yang pastinya akan membengkak..

Jam 18.25
Dalam kamar hotel.

Aku membanting badan di atas tempat tidur yang berkasur empuk, menyalakan tivi dan lelakiku mulai melihat kamar mandi.

Cukup nyaman untuk bicara, atau malah untuk bercinta?

Bercinta?
Di kamar mandi ?
Lucu juga..

Setengah jam kemudian, badan kami sudah menjadi dua, tergeletak di atas kasur, saling melihat dan saling bertukar desah.
Ada yang mulai mencium, dan ada yang mulai dicium.

Ada yang mulai meraba punggung dan gerilya mencari kancing beha, dan ada yang mulai membuka celana dengan kakinya.

Gerakan yang teramat cepat untuk membuat kami sudah telanjang dan masih saling memeluk.

Maka,beha,celana dalam,kaos,baju terusan dan teman-temannya, sudah jadi penghuni lantai kamar.

Dua badan telanjang itu,bergerak pelan masih sambil ciuman ke dalam kamar mandi yang sebentar saja sudah berembun, karena air panas yang sudah terlanjur dinyalakan.

Dua badan kami, masuk ke dalam air yang cenderung panas, sama panasnya dengan nafsu birahi kami.

Ada adegan indah dalam air.
Ada bibir yang saling menyapa dalam air.
Ada badan yang tidak mau dilepaskan dengan badan yang lain dalam air.
Dan akhirnya embun di kaca kamar mandi yang semakin tebal itu, tetap saja bernama nafsu.

Lebih kurang setengah jam, kami habiskan disana, lima belas menit di dalam air dan lima belas menit di atas meja di depan cermin..

Setelah air, kami memilih utk memakai baju ganti yang lebih bersih dan wangi, dan siap untuk mulai bercerita dan mendengarkan cerita..

Saling bercerita sambil menggenggam,
Saling mendengarkan sambil berpelukan,
Saling menatap sambil menempeli bibir.

Dan kami mulai bicara.
Tentang kami.
Tentang sebuah yang beda,
Perbedaan yang terlalu lebar untuk dirapatkan.
Bicara yang membuat hati semakin disayat..
Karena cinta ini harus bernama, dan jelas langkahnya,
Jangan sampai mati terikat tapi tak diikat.

Bicara yang akhirnya membuat sesak..
Bicara yang akhirnya membuat danau air mata lagi,

Tidak kuat menahan sakit, kami bicara dan berasap.

Hari ini, kami genap lima tahun.
Itulah mengapa, ada pertemuan, dan ada pembicaraan.
Jangan sampai menggenap tapi tetap gelap.
Mencinta tapi tidak bernafas.
Bercinta tapi tidak penuh dosa.

Terus bicara sambil terus berasap, sambil terus menangis, sambil terus berteriak menggigit bantal.

Sumpah, sakit Tuhan.
Kenapa perasaanku jadi menggila seperti ini?
Apakah akan ada yang hilang setelah malam ini?
Ataukah ada bahagia yang mengikutinya?

Setelah tiup lilin dari kue yang kecil, yang cuma sebagai simbol.
Aku membiarkan lelakiku mencium bibirku sambil menangis.
Terasa air matanya hangat di bibirku,
Dan setelah itu, tangan kanan memegang yang kananku, dan tangan kiri langsung memegang yang kiriku.

Tuhan dan Allah di atas sana,tersenyum melihat kami.
Apakah ada dua dari yang satu? Atau sebenarnya memang cuma satu?

Kata-katanya gemetar membelah malam, dan terasa menguat, setelah remote me-mute tayangan televisinya.

" Allah, malam ini, kami genap lima tahun, saling mencintai dalam ketakutan kami akan perpisahan yang selalu mengejar kami, adakah mukjijat atau memang ini sudah sebagai garis yang tidak bisa ditolak lagi? Apakah memang selesai tepat di angka 5 atau masih boleh lebih?? Aku mohon, Ya Allah... Kasihani kami" kata-kata lelakiku mengalir penuh getaran, getaran yang kami rasakan berdua,
Kalimat dalam doa,yang selalu membuat dadaku menjadi sesak..
Karena kami selalu bahagia, hidup di alam mimpi.. Tidak mau keluar, jadi terpaksa harus dikeluarkan..

Aku tidak kuat menahan air mata yang mengucur deras dan memerahkan mata,hidung dan seluruh permukaan mukaku..
Setelah doa itu, kami saling menciumi punggung tangan, dan bergantian juga mencium kening.

Setelah itu, badanku sontak menghentak badannya, kami berpelukan,saling mencium leher dan badan, yang berakhir di bibir penuh air.

Tiba-tiba, aku memegang dadaku,dan merintih sambil terus menangis,"sayangku, apakah kita akan berpisah besok pagi?" aku tidak kuat menahan elegi dalam dadaku.

Dia yang aku tanya cuma diam dan duduk tegak di atas ranjang. Diam yang juga berair mata.

Dia mengangkat bahunya," aku tidak tahu.. Aku takut untuk menjawabnya.., aku takut aku tidak siap untuk mendengarnya.." gemetar bibirnya.

" aku mau selamanya di dalam kamu, aku tidak mau berpisah" jeritku pelan, sambil memukul-mukul badannya.

"tapi kunci itu belum ketemu, dan aku tidak tahu dimana harus aku temukan" kata yang penuh dengan keputus asaan itu, membungkus aku dalam duka yang panjang.

Aku menangis sambil menutup mukaku dengan kedua tanganku.

Lalu tiba-tiba, lelakiku seperti orang kesetanan, menarik aku, menjatuhkan aku ke atas tempat tidur,membuka bajuku,membuka celanaku,dan begitu juga tampaknya dia,lalu kami setengah telanjang,

Masih seperti orang kesetanan, dia menindih aku,tapi air matanya berceceran dimana-mana, aku teriak,mendinginkan gelisahnya, teriak yang sambil menangis.

Tapi dia masih terus mencoba menindihku,sambil berkata dengan tangisnya" jalan yang terakhir yang harus kita ambil adalah, kita harus bercinta, dan membiarkan kamu hamil karenanya, itu pasti akan memudahkan jalan kamu jadi milikku, oleh karena itu, ucapkan selamat tinggal pada selaput darahmu itu" lelakiku masih kesetenan sambil terus bergerak,membiarkan penis tegak tapi penuh air mata.

Aku tidak kuat melihat adegan gila ini, aku tidak kuat melihat rasa dan cinta seperti jadi mainan,
Aku tidak rela melihat dia gila,
Aku harus menghentikan adegan gila ini.

Aku menangkap badannya yang bergerak seperti orang gila, aku memeluknya menyamping..
Aku meredakan amarahnya itu.

" jangan sayang, jangan rendahkan harga diri kita di mata Tuhan, kita saling mencintai, bukan saling menyakiti, hal yang kamu teriakkan itu,adalah hal yang paling Tuhan benci..aku tidak mau dibenci Tuhan.." aku menyelesaikan kalimatku, dan masih memeluk badannya yang menyamping.

" tapi cuma ini jalan satu-satunya.." masih bernada putus asa.

Aku balik badannya, aku lihat matanya, aku belai rambutnya, aku sentuh bibirnya.

Semua yang berair itu di mukanya,
" tidak sayang, itu bukan jalan, itu neraka..jangan nodai kesucian kita,jangan rendahkan kita yang sudah rendah ini.. Aku mohon.."
Aku memeluk mukanya sambil terus menangis dan menangis.

Lalu dia mulai istifar dan memohon ampun akan sebuah rencana gila..

" jadi, kita berpisah?" aku bertanya getir.

Aku lihat lelakiku mulai berdiri sambil telanjang, dan mengajakku untuk ikut berdiri dan berdua berdiri di depan cermin, badanku berdiri di depan badannya, tangannya memeluk badanku,
Dua badan yang telanjang,berkeringat dengan wajah yang memerah,mata yang penuh air mata..

Kami bercermin, sambil menangis..

Lelakiku mencium rambutku sambil menangis.

Dan aku mencium tangan yang melingkari dadaku sambil menangis..

Katanya lagi, sambil terus menatap cermin," sayang, kita telanjang, tapi aku tidak akan melakukan apapun dengan kamu"
Masih sambil menangis.

" lima tahun, aku tahan nafsuku, hanya untuk melihat pemandangan ini,tepat pada malam pertama kita, paling tidak, aku akan menjadi orang pertama yang melihat kamu telanjang dan memelukmu."

Dan kamipun mulai kembali menangis seperti anak kecil..

Dan kamipun mulai kembali berciuman masih sambil saling bertukar air mata.

Aku mencium kening lelakiku dengan bibir yang aku tahan di sana cukup lama,

Keningku diciumnya berulang ulang kali.

Ciuman yang terakhir.

Sumpah,aku mau pingsan.
Lelakiku juga.

Ya Tuhan, waktunya sebentar lagi, akan ditutup waktu yang terbuang percuma selama lima tahun.

Jam 22.00 wib,

Akhirnya kami merapikan yang berantakan di lantai kamar.

Akhirnya kami sudah berpakaian lengkap lagi seperti ketika kami datang awalnya tadi.

Yang telanjang sudah ditutupi
Yang menangis sudah selesai
Walaupun perihnya tidak tahu kapan sembuhnya.

Untuk terakhir kalinya, setelah lima tahun kita bersama,kita kembali menggandeng tangan dan berkata," ini saatnya Tuhan.. Selamat tinggal cintaku.. Sampai kita bertemu di surga.. Aku akan terus mencintai kamu, sampai cinta itu, tidak ada artinya lagi.."

Aku terjatuh ke lantai dan menangis..

Ya Tuhan, hari ini saatnya, waktu yang tidak pernah mau kita temui,

Badanku kembali diangkat,

Dia kembali memeluk.
Dia mencium keningku untuk terakhir kalinya.
Dia mencium kedua pipiku untuk terakhir kalinya
Dan dia mencium bibirku, untuk terakhir kalinya,bibir yang hangat untuk selalu dikenang..

Lalu,dia mengangkat mukaku yang sembab karena dipenuhi tangis, dengan kedua tangannya,
Menatap tajam dua bola mataku yang terus berair,
Dan menorehkan kata terakhir yang torehannya perih seperti disilet," aku mencintai kamu.. Sampai mati..."

Aku tidak menjawab, cuma menangis menahan badan yang mulai lemas.

Jam 22.30wib
Depan kamar 210

Kami berdua terdiam di depan pintu kamar,memangdang anak pintu dan kuncinya,
Memandang nomor kamar terakhir kami.

Kamar 210
Kosong..
Seperti hati kami berdua.
Tapi langkah memang harus berhenti, apalagi langkah yang bergerak salah.

Tangan kami masih erat berpegangan,
Dan pegangan itu semakin melonggar dan semakin melonggar dan sekarang sudah terlepas.

Badanku duluan melangkah masuk ke dalam lift,dan melihat dia masih dengan perihnya, lewat pintu lift yang semakin tertutup..
Aku teriak di dalam lift..sambil jongkok yang lalu berdiri lagi..

(mantan) lelakiku kemudian belakangan menyusul.

Kami kembali bertemu di halte depan hotel.

Masih terdiam, tapi tak saling menatap lagi.

Aku mulai berdiri, karena ada taksi untukku.

Tidak menoleh lagi, aku memberi perintah untuk terus melaju.

Terus berjalan,
Terus berjalan,

Duduk di belakang sambil terus menangis.

Dan tidak menggubris handphone yang berulang kali bergetar, getaran yang bertuliskan namanya.

Belajar.
Belajar untuk melupakan kamu, dimulai dari malam ini..



( bolehkah aku peluk kamu sahabat??? Dan tolong hapus air mataku, karena aku capek menangis )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar