NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Senin, 15 Maret 2010

R E U N I

Sepuluh jam menjelang Reuni.

Sebaris kalimat up date status bertebaran mengawali pertemuan nanti sore. Tebaran romantisme masa lalu mengisi ruang dalam kepala dan hati setiap teman, yang namanya sudah tertulis “ confirm” hadir nanti sore. Belum lagi ditambah bumbu “ gossip “ masa lalu. Cinta yang tidak pernah terucap. Menambah aroma wangi pertemuan, yang sudah tercium dari empat belas hari sebelumnya. Aroma itu, kian memenuhi inbox fesbuk grup. Sampai – sampai ada yang marah karena merasa terganggu. Aku yakin dia tidak marah, dia hanya “ kangen” ingin cepat ada di sana, dari pada cuma ketemu lewat “ tulisan “ . Aku & puluhan teman - temanku ada di antara aroma itu. Aku bergerak juga mencari celah ingatanku ke tahun 89 - 92.
Ingatan yang merubah kerutku jadi ketawa. Semua teman ingin bertemu, ingin saling bertukar ingatan, ingin saling menatap mesra, dan bergantian memeluk, memindahkan kehangatan.

Ingatanku bergerak.
Sepuluh jempolku untuk seorang guru, yang disebut juga teman atawa sahabat. Lelaki yang sempurna dengan penggaris di tangannya, dan cinta di hatinya. Memukul dan mencintai. Ironis tapi romantis. Itulah “ Dia “ . Guru yang mengajarkan pelajaran “ momok “ tapi tidak berkurang ingatan kami tentang beliau. Ketukan suara sepatunya memang menakutkan ( sama seperti, kalau kita menonton film horror dan duduk di bangku paling depan ).
Kalau “ guru” itu sudah mengajar, dia pasti memanggil kami satu persatu “ maju” ke depan, kalau sudah begitu, ingin rasanya badan kita “ ngumpet “ di dalam tas atau di balik buku yang sedang terpegang ini.
Tapi ada sisi lain yang juga menarik. Cerita tentang yang “ wangi “ itu.
Guru matematika itu pecinta bola sejati. Guru bahkan tidak pernah lupa, setiap nama kami, walaupun jumlahnya puluhan. Bahkan gossip kami, tidak luput dari ingatannya. Luar biasa.. yuk tepuk tangan untuk beliau.. walaupun dulu, selalu tidak enak makan, minum, tidur kalau sudah mengingat dia, apalagi suara langkah kakinya. Sangat dikenal.
Langkah kaki, yang tiba – tiba kami rindukan. Langkah dan wanginya.

Jam sudah melewati pukul lima sore.
Aku sudah tidak sabar bertemu dengan teman – teman. Bahkan aku pergi sebelum waktunya “selesai”, berlari dan berlari, takut waktu marah dan tidak mengizinkan aku bertemu mereka. Tersenyum sendiri, seperti orang gila. Bersama 3 orang teman, aku sampai di sana. Baru saja sampai halaman parkir, aku sudah mulai mengendus aroma SMP, ehhmmm tercium sampai ke bawah, padahal kisahnya sudah belasan tahun yang lalu.
“ ehhh.. itu kan hadi.. ya ampun, dia tidak berubah, tetap rapi di dalam balutan kaos berkerah dan sisiran rambut belah ke samping, mukanya masih imut seperti dahulu..” teriakku pada teman di samping, yang matanya sudah nanar memandang ke arah café tempat kami bertemu. Setelah berjabat tangan. Kami mulai naik tangga. Duh, dadaku koq gemetaran, menantikan yang akan menyambut dengan teriakan dari atas sana.
“ ini tangga terakhir menuju ke atas” kataku dalam hati. Menarik nafas. Sampai di atas, aku menghembuskan nafas bahagiaku.
Tangan – tangan mulai saling menggenggam.

Bertemu mereka. Seperti mimpi. Menjabat dan memeluk tubuh yang masing – masing mengalami perubahan oleh karena waktu. Ada yang mengecil. Ada yang membesar. Ada yang berubah jadi wanita, ada yang serupa ibu. Serupa bapak. Atau tidak berubah sama sekali. Mulailah suara teriakan dan tawa renyah itu jadi bersahabat di dalam ruangan yang cukup besar dan “ bersahabat “ itu.
Ada yang sangat ku kenali. Ada yang lari dari memori, tapi berkejaran ingatanku mengingat dia. Aku mencari ikatan masa laluku dulu. Gank tercintaku, dengan baju hitam – hitam yang sudah direncanakan sebelumnya ( begitulah mereka memakai baju hitam, karena mereka tahu, aku tidak punya baju dengan warna yang lainnya ).
“ heeiii… ituuu diaaa, ingatanku, romantisme masa kecilku.. “ aku mengejar mereka yang sudah berdiri dengan tangan mengembang, menanti badanku masuk dalam pelukannya. Ada yang hangat menjelajari hati. Seperti mengingat kala dahulu, selalu bersama. Kembali teringat petikan gitar ria “ mengiringi “ lagu More Than Words dan lagu Kangen.

Mereka semua cantik. Mereka semua ganteng. Mereka semua teman – temanku.
Tetapi, tiba – tiba..
Heii… aku melihat mereka, dengan bayangan gambar serupa wajah mereka, orang – orang yang berkeliaran bolak balik di depanku ini. Tapi aku membayangkan mereka di ruangan ini, dengan memakai seragam “ putih biru “ dengan rok yang dirempel dan di atas betis. Sementara celana pendek biru di atas betis. Betis – betis yang dulu yang indah dan kecil. Aku ketawa membayangkannya. Dan ruangan café ini, berubah dalam bayanganku seperti ruangan kelasku dahulu.
Berisik. Tapi, tidak ada yang berusaha untuk menghentikan suara berisik ini. Percis sama seperti dulu.
Aku kembali teringat.
Aku duduk di depan berdua dengan temanku yang super “ sempurna “ cerdasnya , “ jambulnya “ juga sempurna. Namanya henjin. Bahkan membagi jawaban atas pertanyaan yang dia hapal luar kepala kepadaku saja, tidak mau. Padahal, katanya aku sahabatnya. Pantas saja, kalau aku julurkan lidahku mengatai “ dia” kepada sahabatku yang lain yang duduk tidak jauh di belakangku. Dan setelah itu, mereka semua yang duduk di belakang, akan menertawai aku yang mati kutu “ duduk “ di depan dengan si pintar ini.
Toloonnggggg….
Huh.. tapi sayang si “ jambul” itu tidak datang. Tidak bisa romantisme dengan dia.

Dan sekarang kelas itu adalah café ini.
Tapi tidak dengan seragam putih biru. Melainkan kostum beraneka warna, corak dan model. Memakai seragam saja, kami sudah cantik dan ganteng, apalagi kalau memakai segala gaun ini… ehhmmm…



Lihattt… kehebohan masih terus berlangsung, serunya sama seperti kalau lagi nonton bola. Nama – nama mulai saling diteriakkan seiring dengan pelukan dan balasan ciuman mesra. Wowww… seperti mengingat belasan tahun yang lalu, hanya tempatnya yang berbeda, kalau dulu di sekolah sekarang di café. Ada yang tidak berubah, tapi banyak juga yang berubah.
“ haaiiii…. Apa kabar ? “ kata teguh menyapaku sambil berjabat tangan.
“ Ya ampun, teguh, dicky, randy,siumanwati, kristia, denny taipak, dan.. woooiiiiii riaa, sahabatku…” setelah bersalaman dengan yang lain, setengah berlari aku memeluk ria, sahabatku dari SD bergerak sampai SMP. Kami berpelukan.
Pandanganku mulai berkeliaran, mencari teman yang mungkin lupa disalami. Sambil menunggu ruangan menjadi penuh. Aku mencari tempat untuk sekedar mencurahkan kenangan yang tidak pernah dilupakan.
“ gue foto yaahhh.. ayo dong pose yang okee..!! “ Edwin datang, dan menyodorkan lensa kameranya ke arah kami. Tanpa komando lagi, kita bikin formasi dan klik.. satu dokumen foto kami sudah terekam.

Kelas ( jadi – jadian ) ini semakin berisik.
Tidak lama, ruangan mulai penuh, yang baru datang mulai teriak memanggili yang sudah datang, pelukan mulai diobral. Aku tersenyum melihat seorang kawan, yang berubah total. Dulu tomboy, sekarang jadi feminim. Dulu sederhana tanpa make up, sekarang mukanya berbedak dan bibirnya diwarnai ( termasuk aku, tampaknya ).
Setelah capek mulut bercerita ke kiri dan ke kanan, sambil terus mengedarkan pandangan, mencoba untuk menebak – nebak, apakah daya ingat kami akan nama masih kuat.
Tidak lama, yang ditunggu sudah datang.
Kepala sekolah, dan guru kesayangan sudah datang.
Bak guru yang masuk ke dalam ruang kelas, tidak seperti dulu, kami akan segera lari tunggang langgang, kembali ke bangku kami masing – masing. Hari ini tidak. Kita semua justru bertepuk tangan.
“ hiddduuuppp… PEWE udah datenggg… haaiii, selamat datang.. “ semua teriak, seolah – olah semua ingin menyapa. Kami spontan berdiri dan bergerak ke depan menyalami, guru “ ajaib “ kami ini.
“ selamat datang pak Medi.. “ teriak yang lain.
Sementara pak Hardiman yang sudah datang lebih dulu, tangannya sudah kami salami duluan. Walaupun ephorianya berbeda.
Masih dengan mulut yang terbuka, dan jajaran gigi putihnya, seperti layaknya pimpinan Partai yang datang menyapa para kader partainya. PW melambaikan tangan, dan mulai menyapa, “ mantan “ murid – muridnya satu persatu. PW menyapa, memeluk dan mencium kami. Edan.. memeluk, sambil menyebutkan nama sambil teriak. Sungguh hebat kerjanya ” mesin memori “ itu. Masih berjalan dengan baiknya, walau usianya sudah puluhan tahun. Mungkin karena “ mesin “ itu bekerja memakai hati dan cinta.

Teng ing eng…
Acara dimulai. Teddy si “ coordinator “ dan Ria membuka acara.
“ berawal dari group BBM, akhirnya kita sampai ketemuan hari ini… kasih applaus untuk Merrry Halim si penggagas.. “ kita semua bertepuk tangan. Berterima kasih pada si pencetus ide brilyan ini. Merry yang meskipun sudah lama tidak bertemu, tingginya tidak juga berkurang. Hehehe..
Barisan “doa “ berlangsung khikmat. Doa juga untuk “almarhum” kawan yang sudah “ pergi “ mendahului kami semua.
Mereka memang sudah tidak ada, tapi derail tawa mereka dan celoteh itu masih membekas di kepala. “ semoga kalian, para sahabat, ikut suka cita, bersama kami dari atas pintu surga, dan mendoakan kami supaya selalu sehat, doa kami selalu menyertai ..amin “ kataku sejenak dalam hati.
Setelah itu, Aku dan mereka semua, kembali diingatkan akan lagu mars sekolah kami “ Mars Hati Kudus “.. luar biasa, amazing… lagu itu bisa mengalir indah dari mulut – mulut kami yang bersuara pas – pasan.
Dari sudut pandang mata. Aku bisa melihat tatapan mata pak Medi melihat kami dengan haru. Lagu yang pertama kali mengenalkan kami pada nuansa putih biru, ketika kami mulai meninggalkan yang merah. Kami bangga bisa bernyanyi lagi. Setelah belasan tahun. Bernyanyi bersama, walaupun yang tidak datang, juga ikut bernyanyi bersama “ dalam hati “ pastinya.

Setelah nyanyi, kami bermain games. Julia & Lifia yang membawakan acara. Ada 5 pertanyaan yang dilempar untuk kami jawab dengan iming – iming bingkisan juga 5 buah. Are u ready ?
“ okeee, kita mau lihat neh, ingatan siapa yang paling tajam… siapa guru sejarah kita ? “ tanya mereka dari atas panggung. Seneng melihat dahi kita yang mulai berkerut, tanya ke kiri dan kanan, suasana jadi seperti di dalam kelas, ketika guru melemparkan pertanyaan.
Ruang jadi ramai, ingatan mulai melemah, tapi ada yang bisa menjawab, “ pak suroso… “ kata seorang teman sambil berjalan ke depan, merebut hadiah dari tangan panjul.
“ iyaa betuull.. oke next question.. kita upacara setiap hari apa, senin atau sabtu sore ? “
Ruangan mulai riuh lagi. Jadi coba mengingat kembali saat upacara.
Di tengah yang masih bingung. Arleen yang duduk di sampingku, bergerak maju dan menyambar mike, katanya, “ sabtu sore.. kan kita masuk siang ..” kata Arleen sambil nyengir, dan membawa pulang hadiah.
Semua temen berdecak kagum. Banyak yang tertawa. amnesia mereka lupa, kalau masuk siang, teringat masuk pagi.
“ ohh iyaaaa… bodohh bangett yaaa.. kan kita masuk siang “ gumaman terdengar nyaring.
“ ayooo lanjut…. siapa, guru yang mengenalkan alat vital ? “
Wow… mereka mulai bising lagi, saling menoleh, tapi tidak bersolusi. Sampai maju, seorang teman, yang rupanya tampak asing, maju dan mengenalkan namanya “ charles “ menjawab dengan lantang, “ bu sri nastiti … “ itu katanya. Hebat..!! dia hafal. Tapi koq aku ga pernah melihat muka dia yah di sekolah.
Aku beraniin diri untuk bertanya, “ Sorry, koq gue ga pernah liat muka loe yah dulu di sekolah ? “ dia senyum ngeliat keberanianku bertanya. Dia senyum, “ iya, gua memang cuma kelas 1 smp aja, setelah itu gua cabut keluar.. “
“ Ohh.. pantes.. !! “ aku kabur sambil tertawa ngikik.
“ hebat juga yah, cuma kelas 1 di sana, tapi hapal nama guru, biologi lagi.. jangan – jangan, dia waktu sekolah, termasuk muris yang cupuu yaaa.. hehehe “ kata Arleen sambil berbisik ke arahku. Aku mengamini ucapannya. Lantas tertawa berdua. Sambil tersenyum melihat dia. Maap yaa…
Kembali lagi ke duet Julia & Lifia. Mereka kembali melanjutkan gamesnya. Next games, kami ditantang untuk kembali menyanyikan lagu Mars HK. Tidak ada satupun yang bergeming. Lifia memanggili aku. Aku ke depan. Aku bernyanyi sedikit gemetaran, padahal aku orang tivi, harusnya ga gemetaran. Kenapa ya ? Ya Ampunnn… aku tahu sebabnya, mungkin karena aku ga dibayar ( hahahahaha… ), tapi tujuanku hanya untuk mendapat bingkisan yang sama seperti Arleen. 1 – 1 yah leen.. ( masa loe dapet gue enggak… hihihi )

Sebelum pulang, aku buka kadoku. Aroma therapy.
Arleen buka kadonya. Jam meja sekaligus bisa tempat pulpen.
Tanpa mengurangi rasa hormat kami. Aku menukar kadoku dengan kado Arleen ( dan kado itu, sekarang sudah terpajang manis di atas meja kerjaku di kantor. Setiap kali aku memandang barang itu, aku langsung teringat hari in.. 13 maret 2010, Reunian Time... )
Terima kasih, kado manisnya.

Show time..
Acara makan. Laaapaaarrr…..
Huaaa… ayooo lets go.
Dari urutan pertama, para guru. Di belakang mereka aku dan ria ( maaf yah, cacingku dah pada ngambek, karena dicuekin dari tadi siang ), sambil ngantri aku sempat melihat ada denny di situ, dengan kamera ditangannya. Ria percis di belakangku. Aku sempat melihat tatapan yang beradu. Tapi sengaja dibuang. Iihhh lucu.. kayak masih SMP aja, padahal udah tua, malah ada yang udah punya anak tiga. Tapi itulah lucunya reuni. Sambil ngantri makan, aku tersenyum. Senyum untuk mereka berdua, dan untuk semua teman – teman yang dulu pernah punya cerita – cerita “ cinta “ lucu, menggemaskan. Tapi sekarang, hanya untuk sekedar bahan tertawaan.
Kami makan masih sambil tertawa.
Semua duduk terkotak – kotak. Percis sama seperti waktu SMP. Jadi kelihatan siapa temen baik masing – masing orang. Atau gank bahasa dulunya.
Lucu yaaa.. melihat kristia, yang masih mesra dengan Olivia dan siumanwati, kl ada monita.. pasti ikut gabung di sana. Apalagi kalau melihat Gusniati dan Herlina, susah deh bedainnya, tapi koq kalo liat teddy ma hendri yatno gampang yaaa… ( hihihihi… ngacoo ). Oyaaaa, terima kasih atas kue “ paling enak “ buatanmu yah gusniatii… pasti kamu mau s
sekalian promo yaaahhhh…. Dan herlina, terlihat cantik dengan perut besarnya…

Sambil makan aku masih memperhatikan teman- temanku,
“ heiii… susi sekarang sudah tidak “ bomper “ lagi lohh. Eliza semakin cantik yahh…Linda tidak terlalu banyak bicara, lagi sariawan atau ga mau banyak omong ? “ kataku dalam hati mengedarkan senyum sambil memperhatikan teman.
Hanida yang mesra betul dengan suaminya. Aku kangen sama dia. Hari ini aku sudah beberapa kali memeluknya. Pelukan kami masih sehangat dulu, ketika mengerjai pekerjaan rumah bersama. Anaknya sudah tiga. Sementara Aku, menikah juga belum. Aha.. aku mulai tertawa lagi ( single and very happy dong .. )
Samuel&Mulyadi, sama pendiamnya seperti dulu, Samuel sekarang sedang bahagia, karena dia sekarang sudah dipanggil “ papa “. beda halnya dengan Charles yang tiba – tiba datang agak telat dan mulai menyalami kami satu persatu. Dan… Woi.. ada yang tersipu malu, ketika charles selesai menyalami. Dari dulu sampai sekarang Charles memang masih tetap “ ganteng “ hihii… ( no sepatuku 38 yaahh les.. ).

Kami makan masih sambil terus bercerita, tiba – tiba anaknya denny co, masih kecil laki – laki, ikut juga bertepuk tangan, seolah – olah seperti mengerti, apa yang sedang kami obrolin. Setelah itu, kami semua tertawa. percis seperti arisan keluarga.
Belum lagi dengan budi & lifia yang juga membawa anak putrinya yang cantik. Dia lucu seperti bapaknya, namanya budi. Dia ceria dan tidak bisa diam seperti ibunya lifia. Tapi awal datang, aku sempat tidak mengenali budi. Karena sekarang rambutnya gondrong, percis kayak seniman. Dan perutnya berisi.
Yang paling lucu ketika mau memilih the best kostum, kita semua berkeliling maju ke depan, lewat panggung untuk dilihat bajunya oleh para guru yang menjadi “ juri “. Kami sudah seperti peragawan dan peragawati yang berjalan di catwalk. Akhirnya, pilihan “ Miss Reuni & The Best kostum “ jatuh padaaaa…. Teng ing eng..
Semua mendengarkan dengan khikmat, semuanya membuka lebar – lebar gendang telinga.
“ Pemenangnya adalah JULIA…. “ teriak pak Medi dengan kencang. Sementara Julia yang sudah dari tadi mejeng di depan, senyam senyum salah tingkah.
“ ayooo silahkan JULIA memberikan hadiahnya kepada JULIA…” kata teddy bergurau ( ya iyalah masksudnya tangan kiri Julia memberikan kado kepada tangan kanan Julia.. gitu yaa ? hah.. pusing euyy… hahaha ). Curang, Julia tahu dia dapet kado apa ( kan dia yang beli kadonya ). Tapi pantes kalo Julia yang dapet. Dulu, sosok yang bernama Julia itu alias Panjul, tidak susah membedakan dia dengan laki – laki. Dengan rambut cepaknya itu. Di tambah lifia dan shanty deh teman sejati. Jadi pantaslah kami berdecak kagum melihat trio yang “ cantik” dan menggoyang panggung Reuni malam ini.
Sambutan kepala sekolah udah. Baca doa udah. makan udah. giliran “ mantan” murid yang didaulat untuk bicara. Ayoooo, pada suruh – suruhan deh, siapa yang maju. Kirain dah pada tua, dah pada ga malu, ternyata.. malu – maluin. Untungnya si “ manis “ hildayani yang akhirnya maju dan berucap sepatah dua patah kata, aku tersenyum geli melihat temanku yang cantik itu, sekarang berubah jadi “ tukang pukul “ itu menurut pengakuan dia loh di fesbuk… tukang pukul yang cantik maksud loh bu Hilda ?? hehehehehe…
Malam ini memang special banget.
Firsmount yang tidak se-SMP tapi se-SD ini aja, datang juga.
tapi sedih, acara skype dengan beberapa teman di luar negeri tidak berjalan mulus, di sana gambar mereka terang, di sini gambar kita gelap. Tapi, kami yakin, kehangatan reuni ini, nyampe ke sana koq.
Anika, Hendy.. we love u..

Acara bebas.
Kami saling bercanda. Saling bercerita, saling mengulang kisah. Ketika acara mulai selesai. Kami berfoto bersama. Sambil spanduk dikibarkan tepat di depan. Kami lantas mulai berposeee.. Edwin sang juru foto, sambil harus naik speaker supaya dapat angle yang “ bagus “. Tapi kasihan kan kalau Edwin ga ikutan foto. Akhirnya, aku dapat ide, aku panggil si “ koko” ganteng pemilik café, untuk memotoi kami semua, termasuk Edwin. Dia juga sampe naik speaker. Karena dia ganteng, aku berteriak menyuruh dia untuk terus memoto kami. Semua temen bersorak. Dasar mata casting, ga bisa lihat “ jidat “ licin dikit, pasti diajak casting. Tapi memang cakep koq. Sueer deehh.. namanya “ gunawan” kalo ada yang mau nomornya, minta ke gue yaa… hehehe
Ttapi, karena ini lagi Reuni, di mataku, ga ada yang lebih ganteng dan cakep dari pada temen – temen angkatanku ini.
Ada Andre, Teddy, Christian, Teguh, Marconi, Edwin, Samuel, Mulyadi, Deddy, Denny co, Denny Taipak, Dicky, Charles, Budi, Jonas, dll.. mereka lebih cakeeeppp lageee ( hahaha… peres.. ).

Ada yang ganteng ada yang cakep dung, temen – temen cewek angkatan gue emang cuantik – cuantik semuanya. Lihat aja, elisa cantik banget dengan gaun dan rambut blondenya itu. Linda juga. Apalagi si Nely “ keliatan dewasa “ bangett yaahhh… tetep aja juaranya masih “ Julia, Shanti ma Lifia “ deh…
Nancy “ beda “ banget dengan gaun yang memperlihatkan “ tato “ yang berulang kali difoto. Gank si hitam, Meidiana, Yenni, Arleen, Susi, Ria, Suryani. Hildayani tampak keibuan serupa dengan Hanida “ ibu gaul “ yang tidak lepas lengket dengan hubbynya. Dan terakhir yang datang “ telat “ si Nancy kecil… dasar Nenek, udah selesai baru datang.

Acara selesai.
Tapi lingkaran – lingkaran kecil, masih berserakan. Belum lagi, yang pada narsis, minta difotoin, ga bisa liat blitz nyala, bawaannya pengen nongol di foto. Hehe.. ya itulahhh… seperti peribahasa, semakin tua semakin gila.. hahahaha…
Ruangan kelas ini sudah berubah jadi café lagi. Seragam dah mulai dilepasin, waktunya sudah selesai, banyak yang sudah bersiap untuk pulang. Kembali ke pelukan suami atau isteri. Tidak sabar menciumi anak. Atau berlari ke pelukan hangat badan dan bibir sang pacar. Satu demi satu, bangku café mulai kosong.
Pak Medi, PW dan Pak Hardiman pulang, dengan iringan doa kami semua, semoga bertemu kembali, masih dalam keadaan sehat. Aku tahu mereka sedih. Aku tahu lambaian tangan itu artinya rindu. Dan aku tahu, kita harus terus bercakap lewat media, walaupun pandang mata tidak ada. Sampai jumpa pak.. doakan kami sukses. Amin.

Dan beberapa teman yang mulai berpulangan, bergerak bersalaman dan badannya hilang di telan anak tangga yang membawa mereka turun.

REUNI PART II

Tadinya aku sudah salaman untuk pulang. Tapi ada yang menahan untuk tetap di sini. Aku tahu. Namanya “ kangen “. Aku tidak tahu lagi sampai kapan bisa seperti ini lagi.
Akhirnya, kami “ book “ tempat di pojok ruangan, dan memulai bercinta dengan kenikmatan kami sendiri.
“ merrrrrr… ayyooo minuuummm.. “ teriak teguh.
“ sorry guys.. bukannya ga mau, gue lagi puasa “ kata ku menerangkan,
“ puasa apaan mer ? “ tanya dicky
“ puasa pra paskah “ kataku lagi sambil senyum.
“ makanya gue ga ngerokok jugaa.. hehehe “ kataku lagi, sambil sedikit ngiler ngeliat mereka yang udah tos – tosan dengan gelas – gelas mereka. Gelas yang saling berdentingan.

Live Music ini, menemani gembiranya kami.
Aku dan denny bernyanyi. Lagu “ kangen “.. tanpa mic

Kuterima suratmu telah kubaca dan aku mengerti, betapa merindunya, dirimu akan hadirnya diriku, di dalam hari –harimu tak kan kulupa selamanya…

Akhirnya mic di tanganku satu dan di tangan denny, kita mulai bernyanyi, “ semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya.. menahan rasa ingin jumpa.. percayalah padaku, akupun rindu kamu, ku akan pulang, melepas semua kerinduan…. “ aku dan denny nyanyi sambil terus melepas kerinduan memori nostalgia masa kecil SMP kami. Lagu ini memang sedang “ booming “ nya saat itu.
Lagu itu selesai, kami bertepuk tangan untuk kenangan kami yang selalu indah.

Botol demi botol mulai keluar dan mulai mengisi gelas – gelas yang berkumpul di atas meja. Sekali lagi, sama seperti tadi sore. Aku harus bangga dengan “ air putih “ ku. Hihi.. sementara mereka sudah membasahi kerongkongan mereka dengan alcohol yang dibelikan oleh seorang kawan.

Minuman dan Musik. Suatu kesatuan yang maha dahsyat. Bisa bikin orang gila dan lupa daratan, apalagi kalau lagi ada masalah di rumah. Ehhmm yummi banget tuuh..
Mulailah kami bergoyang ngikutin irama lagu.. lagu dengan tempo sesuau irama hati kami.
Beberapa lamanya, suasana mulai panas.
Rambut yang panjang, mulai dikuncir.
Baju yang panjang, mulai terlepas sedikit kancingnya, mencari hawa segar.
Sementara musik menghentak, menghantam jantung berdetak cepat. Ditambah lagi, gelas yang tidak berisi berisi. Terus berdenting di udara bersama gelas – gelas yang lainnya.

Waktu semakin berputar. Kepala juga semakin berputar. Badan bergerak semakin tidak sempurna dan tidak beraturan.
Rasa malu di buang jauh dulu. Yang penting “ happy “ dulu lah. Angkat topi sama temen yang bolehin suaminya menghibur diri.
Waktu semakin beringas. Gerakan semakin beringas. Gelas isinya semakin tidak jelas warnanya. Berganti tiap botol. Tapi cerita selalu tetep ada.
Semuanya histeris ketika lagu “ bagaikan langit nya Potret “ di nyanyiin, kayak kesetanan kita semua berjoget, loncat – loncat kegirangan. Woi.. sungguh energi yang luar biasa, adrenalin terpacu dan keringat mengucur sebagai tanda hidup.
Tetap saling bercerita. Difoto. Bercerita lagi. Minum lagi. Difoto. Goyang lagi. Kali ini rame – rame. Buka botol lagi ( entah sudah yang keberapa ). Aku kan (sedang) tidak merokok, tapi aku yakin. Hari ini aku sudah jadi perokok pasif.

Suasana Reuni Part II ini memang panas. Jumlah anggota tidak banyak, baiklah aku pakai Inisial saja yah : M,M,J,S,N,S,N,D,T,J,T,D,E,M,C,A,H,H,R.
Seruuuu bangeeettt deehhh.
Lagu “ bagaikan langit “ mengakhiri pertemuan. Selesai masih dengan pelukan. Big hug. Pulang dengan banyak kenangan di kepala. Doa untuk saling menguatkan dalam pekerjaan. Aku menyalami mereka satu persatu dan meninggalkan mereka dengan pandangan yang berat. Kenapa terlalu cepat kami berpisah lagi.. walaupun no hape sudah bertukaran. Kenapa hanya sebentar.
“ sukses ya broo.. “ kataku
“ sama – sama, keep in touch yaaa.. “ kata yang lain
“ kabar – kabari apa aja yaaa.. “ yang lain juga ikutan
“ casting gue yahMer.. “ jiaahhh… mabok masih inget aja dicasting. Hehehe.

Terima kasih Panitia sayang..
Terima kasih teman – teman tercinta..
Terima kasih waktu yang telahmenghantar kami semua berkumpul.
Pelukan dan ciuman kita, masih membekas sampai kita pulang dan tidur. Sweet dream guys.. Berharap, hari ini hanya mimpi, besok pagi terbangun, kami baru mau pergi “ Reuni “… haha..
Di mobil. Aku dapat kabar.. beberapa teman akhirnya jekpot.
Take care ya guys..
Sampai jumpa lagi.



( untuk semua teman – teman SMP angkatan 1989 -1992 yang hadir maupun yang tidak hadir, juga untuk pak Medi, pak Hardiman dan PW tentunyaaa… sampai kita ketemu lagi )



Jakarta, 15 Maret 2010, Ranjang Kamar tidurku.
2 hari setelah Reuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar