NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Selasa, 04 Mei 2010

CINTA INI MASIH SAMA ( DULU, SEKARANG DAN SAMPAI NANTI )

Hari ini tanggal 13 maret. Tanggal yang sudah sejak sebulan yang lalu kutunggui kehadirannya, kalender meja di kantorku sudah aku beri tanda bulat di angka 13. Baju cantik dari designer kenamaan, sudah lama aku pesan ( tanpa peduli harganya, karena aku hanya ingin tampil cantik ) dan seorang asisten dari butique terkenal itu, barusan sudah menghubungiku, dan meminta untuk datang mengambil barang pesanan. Duh, aku tidak sabar ingin segera mengenakan gaun itu, dan memamerkan lekuk tubuhku yang masih indah ( walaupun sudah beranak dua ) kepada seorang lelaki yang dulu sempat menjadi tamu istimewa setiap mimpi malamku, seorang lelaki yang dari mulutnya selalu keluar kata cinta. Setiap pagi, siang bahkan malam sebelum aku terlena oleh mimpi. Tidak lupa aku keluarkan parfum mahal, dari dalam tas, tidak menunggu waktu lama, untuk menyelimuti tubuh indahku dengan wewangiannya. Ehmmm.. tidak sabar untuk menyuguhi hidungnya dengan wangi tubuhku, sengaja aku pakai parfum yang masih sama sepeti yang aku pakai dulu.

Di depan cermin, di dalam kamar, aku teramat asik memolesi wajahku yang rupawan dengan peralatan make up, keluaran terbaruku. Cermin di depanku ini pasti setuju, kalau aku pasti akan jadi perempuan paling cantik di sana, dan khayalku berkembang meminta lelaki itu menghampiriku mengucapkan kalimat pujian yang sama. Polesan terakhir pada wajah cantik ini, adalah lipstik merah untuk bibir ranumku ( ranumnya masih sama, dari sejak terakhir kamu mencium aku sayang..). Sengaja, aku gerai rambut panjangku, panjang yang bergelombang, menambah aroma seksi malam ini. Sempurna..!! Aku yakin, semua mata akan mengikutiku ( terutama matamu sayang ).

" Bi.. tolong ambil kunci mobil saya. " teriakku pada perempuan separoh baya, yang sudah menghabiskan separuh usianya bekerja di sini. Tergopoh - gopoh, perempuan setengah tua itu, berlari sambil menyerahkan kunci. Tanganku yang dihiasi perhiasan, di kanan dan di kiri, menerima kunci itu dan pergi melenggang ke luar pintu, bibi masih setia mengikutiku.
" Nyonya, tidak bersama pak Pardi ? " tanyanya hati - hati, melihat aku langsung masuk ke dalam mobil tepat di belakang kemudi. " Tidak usah bi, biar saya bawa sendiri, urusan saya panjang hari ini.. oh iya, kalau Tuan telpon, bilang saja saya ada acara reuni SMA .. " kataku sambil menyalakan mesinnya, baru saja mau melaju, bibi sudah bertanya kembali, " Nyonya, kalau tuan tanya tempatnya ? "polos betul bibi ini, patas saja suamiku dan aku sangat mencintainya.

" Bilang saja, kamu tidak tahu, karena aku juga malas memberi tahukan, takut dia menyusul.. hehe " setelah kata - kata itu, aku dan mobilmu keluar pagar, dan melaju menembus macet jalanan, dengan dada yang tidak berhenti bergetar, dan bibir yang tidak lepas bersenandung. Mencoba untuk mengingat kembali lagu kenang - kenangan kami berdua. Sepanjang perjalanan, aku mencoba untuk merangkai cerita - cerita yang dulu sempat menahun terangkai. Cerita cinta yang indah, teramat indah. Apalagi saat ada kata terlepas dari mulut untuk menuturkan kalimat cinta. Aku tersanjung, mukaku merah, muka beliaku merah seperti tomat. Tanganku dingin, ketika tangannya meraih tanganku dan menyusunnya di dalam tangannya. Tidak sungkan, melabuhkan ciuman di atas punggung tanganku. Sementara aku, hanya menyusun kekuatan, supaya tidak jatuh pingsan. Akhhh.. aku mencintaimu Firman.

Jalanan yang macet ini, benar - benar menguji kesabaranku, sesekali aku melirik jam tangan di pergelangan tanganku. Sudah jam empat sore, sementara acara mulai tepat pukul lima sore, mudah - mudahan halangannya hanya sebentar. Sungguh lucu, setelah belasan tahun yang lalu, hati ini masih saja sumringah setiap kali, aku menyebut namanya. Aku menyetir sambil terus tersenyum, sepertinya Firman adalah salah satu mantan pacar terbaikku, mantan yang namanya tidak pernah terlepas dan pupus, bahkan cinta ini masih terus tersisa di dalam dada. Cinta ? akhh.. masih pantaskah, aku mengucapkan kata itu ? khususnya untuk Firman ? seorang lelaki dalam bingkai asmara masa remajaku. Mengapa sukar melepas kamu ? Kamu, cinta pertamaku, dan akan selalu jadi seperti itu, walaupun sekarang aku sudah beranak dua, dan menikah dengan seorang lelaki yang baiknya sedunia. Kamu, kalah baiknya dengan dia. Tapi, Dia kalah menariknya dengan kamu. Entah kenapa waktu dulu kita harus berpisah. Aku sudah lupa. Aku sudah tidak mau perduli lagi, aku hanya ingin bertemu kamu.

Ada teriakan bahagia, ketika pertama kali Nancy, seorang sahabat datang ke rumah dan membawa berita gembira, kalau tanggal 13 maret, akan ada reuni SMA. Berjingkak aku mendengarnya. Melompat - lompat seperti anak kecil. Akhirnya, ada jalan aku untuk bisa menemuimu. Aku tidak pernah tahu, kamu ada dimana. Aku cari di fesbuk, tapi tidak ada nama kamu.

" Beneran say ? kita akan reuni ? " tanyaku saat itu, ketika Nancy mengurai undangan. " Iyalah, masa aku bohong.. kamu bisa datang kan ? " tanya Nancy dengan nadanya yang masih sama polosnya, seperti Nancy yang dulu. " Pasti datanglah.. kamu pikir, aku akan menghilangkan kesempatan untuk bisa bertemu dengan Firman.. ? " kataku sambil terus memeluki Nancy, dan tertawa bahagia.

" Pliss.. jangan main api, aku tidak mau kamu terbakar.." suara Nancy seperti suara ibuku yang kerap menasehati aku, kalau aku sudah mulai nakal. Aku tidak terlalu menanggapi Nancy, aku masih asyik masyuk dengan khayalanku dengan Firman. " Clara.. ?? helloo.. dengerin aku ga sih kamu ? " Nancy mulai bete, karena aku malah melamun. " Aku dengerin koq, jangan takut.. apinya aku nyalain kecil koq.. jadi kemungkinan untuk meledak dan terbakar itu sangat kecil.. " kataku masih mempermainkan Nancy. Mendengar kalimat itu, Nancy langsung cemberut dan menekuk wajahnya. Maaf Nancy, aku terlalu gembira.

Sampai di butiq ternama itu, aku turun setengah berlari, masuk ke dalam ruangan yang dingin berAC, segera mencari seseorang. " Saya mau ambil gaun pesanan saya ? " kataku tidak sabaran. Perempuan di balik meja resepsionist itu mengarahkan aku pada ruangan tepat di sebelah kanan, pojok lobby. Seorang lelaki jadi - jadian sudah siap menyambut aku, " Haiii.. mba Clara kan ? yuuukk, sutra ditunggu cinnn.. baju jej oks bangettt dehh.. " katanya dengan bahasa - bahasa yang asing di telingaku. Hatiku bersorak, melihat gaun yang megah dan cantik ini sekarang di atas pangkuanku. Wow.. aku tidak menyesal, dulu dijodohkan sama kamu papi ( walau harus mengorbankan Firman ), karena aku bisa merasakan memakai gaun dengan harga yang lumayan banyak angka nolnya. Di ruag ganti, aku langsung buru - buru minta dipakaikan gaunnya, selesai memakainya aku keluar ruang ganti, dan mulai mematut diri di depan cermin di ruang tamu.

" Wow.. cantak banget cinn.. kayak puteri.. dasar yah, cewek kewong, dipakaiin apa aja, tetep aja cantak. " kata lelaki jadi - jadian itu kepadaku. Membuat mukaku kembali jadi merah. Aku siap mendatangi kamu sayangku.. Setelah selesai urusan baju, cipika dan cipiki, akhirnya aku pergi ke tempat acara.

Parkiran gedung ini, begitu luas, apalagi aku sendiri, tidak memakai supir, jadilah aku berjalan dari parkiran masuk ke dalam ruangan. Dag dig dug bunyi jantungku, tatkala langkah kaki ini mulai masuk ke ruang utama. Di sana, sudah banyak teman - teman SMA, yang kaget melihat aku. Khususnya penampilannku. Seperti artis, kata mereka. Aku mulai teriak - teriak ketika melihat satu demi satu teman terbaik di masa lalu. Tapi tetap saja, mata ini mulai nakal mencari Firman. Berbincang dengan mereka hanya sebagai alat, supaya kedua bola mata ini bersatu dan sungguh mencarinya. Sepanjang mata memandang, aku belum mendapatkan sosoknya.

Sambil mengambil minum, aku sedikit kecewa. Ada helaan nafas kecilku tepat di depan meja makan. Makanan yang tersaji sangat lengkap ini, seperti mengerti mengapa Clara terlihat tidak bersemangat. Banyak yang meminta untuk ngobrol bertular cerita dan bertukar foto, tapi pandangan tetap menerawang. Dan masih belum kelihatan.Duhh.. pliss, jagan katakan kalau kamu tidak bisa datang. Sampai ahirnya, ada yang mencolek punggungku, aku berbalik pelan, dan...

"Apa kabarmu my Clara ? " suara yang amat kukenal. Aku berbalik dan jantungku serasa mau copot, melihat Firman sudah berdiri di depanku, mengulurkan tanganku mengajak bersalaman. Dalam hati aku bersorak dan teriak - teriak, tapi yang keluar dari tingkahku malah menyebalkan, aku tidak siap dengan perasaanku sendiri. " Ba..baik.. sangat baik." kataku terbata. Firman tersenyum, manis sekali. " Kalau kamu ? " aku balas bertanya. " Baik juga.. masih seperti ini. jadi workholik, dan masih single.

Hah??? single. Ya Tuhan. Kalau saja aku.. akh.. kutepis andai - andai dalam kepalaku. Aku ajak Firman duduk di sofa keluar ruangan, tepatnya di pingir balkon. Jauh dari keramaian. Memandang keluar dan menghirup udara malam yang penuh bola - bola cinta. Firman menolak untuk duduk, dia malah membimbing aku untuk berdiri di depan balkon, sekarang, kita berdua sudah seperti puteri dan pangeran. Bahkan langit dan isinya menatap penuh cemburu ke arah kita berdua. Firman tidak pupus melihati aku terus, aku sampai berulang kali menundukkan kepala. Masih berdiri bersampingan, aku sampai mati kutu, tidak tahu mesti harus berbuat apapun, apalagi ketika tangan dan jari jemari Firman menelusup masuk dan menggenggam tanganku. Sekarang kami sudah bergandengan. Walaupun belum bercerita.

" Kenapa kamu belum menikah ? " tanyaku sambil mata menghadap ke atas langit, tapi tangan masih tetap bergandeng. " Aku masih mencintai seseorang, sampai sekarang.." kata -katanya seperti menggantung, membuat tanganku berkeringat. " Siapa perempuan yang beruntung itu ? " tanyaku pelan, tapi mata tetap tidak melihat ke arahnya. Setelah pertanyaan itu, Firman membimbing lagi badanku bertemu muka dengan badannya, jadilah kami berhadapan. Ya Tuhan, aku masih belum bisa mengatur deru nafasku yang berkejaran. Tolongg.. aku jadi tidak bisa bernafas.. Firman mendekati wajahnya ke depan wajahku, sekarang jarak kami semakin pendek. wangi nafasnya mendorong hati untuk segera bertindak, tapi aku tidak berani. Aku bukan Clara yang dulu. Aku bersabar menunggu jawaban Firman, yang akhirnya mampir juga di telinga sebelah kiriku, mulut Firman bersembunyi sebentar di sana, " Perempuan itu.. Kamu.." katanya menghadirkan debaran kencang. Kencang sekali.

" Maafkan aku.." kataku lirih, dengan mata yang sudah mulai berair. " Maaf untuk apa ? " jawabnya sambil jarinya menghapus air yang mengalir di wajahku. " Maaf untuk cinta kita yang sudah selesai." kataku lagi, suara yang parau itu membuat wajahku menunduk. Firman dengan kesabaran yang menggunung itu, mengambil wajahku dan memberi kecupan kecil di pipiku. Semburat rona merah langsung keluar seketika. Ya Tuhan, cerita indah belasan tahun yang lalu, mampir lagi di benakku. Aku masih ingat, ketika Firman pertama kali mencium pipinya di kantin, ketika waktu sudah sore, senja menampakkan wajahnya yang berwarna merah, sama seperti merahku sekarang. Akhh.. Firman, kenapa, kamu tempelkan lagi cerita kita dahulu. Aku ingin sekali membalas ciuman itu. Ingin sekali.

Kenapa aku jadi tolol seperti ini, kemana niatan nakal yang sudah aku rencanakan dari rumah tadi, kenapa jadi diam seribu bahasa seperti ini, bahkan ketika Firman menarik badanku, dan mengikatnya dengan tangannya di punggungku. Aku bahagia. Pelukan yang paling indah, terhangat dalam hidupku. Aku pikir, aku akan diam. Tidak, ternyata aku mengaitkan juga tanganku di punggungnya, dan aku merasakan ada sentuhan bibirnya di pundakku. Pundak tanpa baju, hanya bersisa kulit. Semua sentuhan ini, sungguh merangsangku. Amboii.. kenapa hadir lagi, suka cita romantisme masa laluku..

" Aku mencintai kamu Clara, dulu, sekarang dan selamanya, tidak akan pernah berubah." kalimat itu keluar juga dari mulut Firman. Aku kaget dan mendorong badannya menjauhi badanku. " Kenapa ? " tanyanya kaget. Aku mundur selangkah. " Ini tidak mungkin lagi Firman, aku sudah bersuami dan sudah beranak dua.." kataku berbohong, bohong pada perasaanku sendiri. " Pergi, enyah kamu dari hadapku.. "kataku berbohong lagi. " Clara, katakan kalau kamu juga masih mencintai aku ? " teriaknya pelan, dan mengambil tanganku, aku langsung menepis tangannya, dan mulai juga berteriak, " Tidak..!! aku tidak pernah mencintai kamu.. thats why aku meninggalkan kamu, dan sepakat untuk dijodohkan oleh orang tuaku.. ". Firman masih terus berusaha menggapai tanganku, dan meyakinkan perasaanku, " Tidakk.. !! kamu tidak pernah mencintai dia, hanya aku yang kamu cinta.." teriaknya di depan mukaku. Aku diam dan menunduk.

"Pergi Firman.. kamu hanya masa lalu untukku." suaraku pelan. Setelah itu aku menunduk. Suasana hening, hanya bunyi angin, tidak ada lagi. Untuk beberapa saat aku terdiam, dan kemudian mendongakkan wajah. Firman sudah tidak ada. Aku panik, aku berlari mencari sosoknya, aku mengangkat gaun mahalku dan berlari mengelilingi ujung balkon, tapi nihil. Firman sudah pergi. Aku lemas dan terduduk di lantai, tidak peduli lagi dengan mahalnya gaun. Aku merunduk dan menangis. Aku menyesal, padahal hanya malam ini, aku bisa katakan perasaanku yang sebenarnya juga.

"Aku juga mencintai kamu Firman.. " teriakku lirih, dan kemudian seperti anak kecil memukuli lantai, dan membiarkan air mataku jatuh membasahi lantai. Seperti mimpi, ada sentuhan lembut mengusap kepalaku dan membiarkan bibir lembutnya menyentuh anak rambutku, perlahan tapi pasti , aku mendongak ke atas, kaget dan tersenyum. Firman bicara sambil duduk melantai, " Aku mencintai kamu, walaupun tidak bisa memiliki.. " Firman merunduk, membiarkan air matanya turun membasahi lantai, aku menggeser dudukku dan sekarang ada di depan Firman, mengambil mukanya, aku angkat ke atas sejajar dengan mukaku yang juga sudah berair, aku sapanya bibirnya dengan bibirku. Betah, lama terkunci.

Ketika bibir sudah saling terlepas, kami berdua berdiri, kembali berpelukan, membasuh muka yang lengket air mata dengan sapu tangan, bergandengan berdua, berjalan menuju pintu masuk ke arena pesta lagi, sampai di sana... pegangan tangan sengaja dilepas, dan aku memisahkan diriku dengan dirinya, tapi tidak juga saling melepas pandang. Sampai akhirnya, aku kehilangan dia yang sudah tenggelam dalam kerumunan orang di pesta.

Baru saja mau mengambil minuman dari atas meja, seperti tersadar, aku menepuk jidat berulang kali, kenapa aku lupa meminta nomor teleponnya. Menarik nafas panjang, dan minum air bergelas - gelas, menghilangkan rasa kecewa.

Tolol.





the end.
( untuk seorang teman, yang sampai sekarang msaih merindui mantan kekasih yang entah ada di mana dia sekarang )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar