NAMA GUE "MPOK" MERCY

NAMA GUE "MPOK" MERCY
TULISAN-TULISAN GUE GOKIL BIN DODOL, COZ GUE MPOK MERCY.. manttaaappp...!!!!!!

MPOK YANG BATAK... MPOK YANG HORASSS...!!!!

GUE ADALAH CERMIN YANG SEBENARNYA...

GUE BERKARYA KARENA GUE MASIH HIDUP. DAN AKAN TERUS BERKARYA SELAMA GUE MASIH HIDUP..*yee kalo udah metong gimana mau berkaryanyaa....GEPLAK...!!!hihihi

ADA DUA SISI DALAM HIDUP GUE ..*efek bintang GEMINI kalee yeee...

GUE HEPI JADI " MPOK" HIDUP GUE PENUH DENGAN TERTAWA, KEGOKILAN, IDE-IDE TOLOL DALAM OTAK CERDAS GUE, DAN MATERI-MATERI GELOO YANG GAK BAKALAN BERHENTI GUE TULIS DAN... KIRIM..*pliss gue gokil tapi gak toloolll...weiittceeee... i am smart ladyy...cieeee

PEREMPUAN HITAM YANG CANTIK BIN GOKIL..ITS ME

WELCOMING HOME...

Sabtu, 09 Oktober 2010

T E L A N J A N G

Mpok Mercy Sitanggang

" Pakai bajumu.." teriak Salman sambil menutup mata dengan kedua tangannya.
" Kenapa ? " kata Saya tersenyum dan tetap berdiri di depan mukanya.
" Saya tidak tahan lagi.. " Salman masih terus berteriak.

Saya terkekeh dan menyelimuti kembali badan Saya yang sudah setengah telanjang. Mata Salman masih tertutup. Saya pegang bahunya, dia kaget dan menyentak tangan Saya. Gantian Saya yang sekarang kaget. Bukan main. Saya bertepuk tangan.

" Sudah Saya pakai kembali. Tenang saja. " Saya teriak tepat di telinganya.

Saya meradang, duduk di kursi depan jendela. Muka Saya cemberut. Nafas Saya sudah tidak beraturan lagi. Dari sudut mata, Saya memandang Salman yang perlahan membuka tangannya dari matanya dan perlahan mengambil kursi duduk di sebelah Saya. Mengambil rokok dari jepitan jari Saya. Menghembuskan asapnya.

Saya tidak suka melihat pemandangan di depan Saya ini.

" Pergilah.." kata Saya membuang muka.

Pemandangan di luar jendela, masih lebih indah, dari pada muka lelaki jelek yang duduk di depan Saya ini. Petantang petenteng sambil merokok tapi... cupuuuu...!!! Tapi Salman tidak juga bergerak. Akhirnya, Saya yang bergerak.
Salman menarik tangan Saya cepat, sebelum Saya bergerak menjauh darinya.

" Jangan marah.." bujuknya.
Saya menggeleng, muka masih cemberut.
" Jangan marah.." bujuknya lagi, kali ini ditambah bonus belaian di kepala Saya.

" Bodoh..!!! "
" Siapa ? "
" Tidak tahu.."
" Siapa ??? "
" SAYA...!!! PUAS ??? " Saya membentak.

Saya lihat dia menggeleng, memegang kedua tangan Saya dan menghujaninya dengan ciuman. Sumpah Saya merasa jijik. Perasaan cinta yang tadinya menggunung, jadi hilang. Raib.. Entah pergi kemana.. Saya hanya ingin lelaki tolol ini keluar dari rumah ini.
Saya tarik tangan Saya.
Saya tampar mukanya tiga kali.
Dia tidak marah.
Dia tidak balas menampar.
Tidak juga berkata apapun.
Hanya diam. Seperti Saya sekarang ini.

Sampai akhirnya,
" Saya tidak bisa, sayang..." lirih dia berujar.
" Kenapa ?" Saya tantang matanya. Dia balas menantang mata Saya. Sekarang, jarak antara matanya dengan mata Saya terlalu dekat. Bau nafasnya beradu dengan nafas Saya. Bau tengik. Bau busuk.
Diam tidak menjawab, hanya tiba - tiba saja gelisah. Jalan mondar mandir di depan mata Saya. Menghisap rokok. Menariknya dalam - dalam, lalu mengeluarkan asapnya cepat sampai tersedak.
Saya tetap diam, menatap Salman dengan jalang.

" Saya terlalu mencintai..." dia bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Tercekat di kerongkongan. Dia habiskan satu gelas minuman yang mejeng di atas meja kamar Saya ini. Hey.. itu minuman Saya. Lihat saja, gelas itu akan Saya buang begitu kamu lepas dari penglihatan mata Saya.

" Saya yang bodoh ini juga tadinya terlalu mencintai..."
" Saya ??? " tanyanya penuh kelembutan.
Taiikkkkk..
Saya terlalu marah, bahkan kalimat ini pun tidak pantas Saya lontarkan untuk laki - laki bodoh yang sekarang berdiri di depan Saya dan memberikan segelas minuman bekas mulutnya.
Saya ambil gelas itu, dia tersenyum.
Apa yang ada dalam pikirannya kalau gelas yang ada di genggaman Saya ini...... Saya banting ke lantai.
PRANNGGGGG.....!!!!
dan pecah.

Salman diam.
Saya diam.

Saya bergerak ke pintu, dan membukanya lebar - lebar. Saya kembangkan tangan dan tanpa bersuara, menyuruhnya untuk keluar. Salman tidak bergeming. Matanya mulai merah. Anjinggg...!!! bukannya pergi dia malah menangis. Dan, seperti layaknya drama king, dia berlutut di hadapan Saya, menciumi kaki Saya sambil terus menangis.

" Please... !!! " katanya masih sambil jongkok di lantai.
" Fuckkk...!!! " sambil menyodorkan jari tengah Saya.

" PERGI..!!!"
Salman semakin kencang memegang kedua kaki Saya.

" Saya tidak bisa.."
" Kenapa ? "
Salman hanya menggeleng dan terus menggeleng sambil menangis.
" Saya bukan pelacur.."
" Siapa bilang kamu pelacur ?"
" Kamu.."
" Kapan ?? "
" Sekarang..!!"
" Saya tidak pernah mengatakan seperti itu.."
" Kamu memang tidak mengatakannya, tapi malam ini, kamu membuat Saya merasa seperti seorang pelacur.."

Salman berdiri.
Saya bergerak membelakanginya. Menatap jalanan yang lengang, melihat rembulan yang ikut menangis melihat kesedihan Saya. Merasakan tiupan angin yang kencang seakan ikut marah menyaksikan pemandangan dari dalam petak kamar rumah Saya ini.

" Kalau kamu menyentuh Saya. Saya akan teriak kencang, seolah - olah kamu ini seorang maling. Biar mereka yang menghancurkan kamu, bukan dengan tangan Saya.." kata Saya ketika Saya merasakan pergerakan tangannya yang ingin menyentuh pinggang Saya dari belakang.
" Sayang, Saya ini kan.."
" Binatang.."
" Bukan.." teriaknya kencang.
" Lantas apa ? " tanya Saya masih membelakanginya.
" Salman. Lelaki yang sangat mencintai kamu.. Lelaki yang adalah seorang...."
" STOP..!! mulut kamu bau.. sama tengiknya seperti kelakuan kamu.."
" Tolong.. Biarkan Saya menjelaskan semua ini..."

Tolong, biarkan Saya menjelaskan semua ini.. Shiiitttt... !!! Saya mau muntah. Saya sudah tidak tahan lagi mendengar lelaki tolol ini selalu mengatakan cinta. cinta dan cinta. Sementara, dia sama sekali tidak tahu apa arti cinta itu sebenarnya.

" Saya tidak akan pernah melepas kamu.." katanya sok mesra.
Saya balik badan dan meludahi mukanya dengan cepat, lalu Saya banting pintu dan duduk di pinggir tempat tidur sambil merokok. Saya terlalu marah untuk merasakan nikmatnya merokok. Dulu, kami sangat suka merokok bersama sebelum tidur. Merokok sambil bicara dan bercerita. Bercerita apa saja. Tertawa ? iya. Pasti sambil tertawa. Kalau sudah begitu, Saya selalu minta dia mencium bibir Saya. Berulangkali dan lama, sampai nafas kami terengah - engah.

Ciuman, jadi moment yang sangat indah. Saya tidak pernah tahu, kenapa dia sangat lihai dalam hal itu. Dia selalu mengajari Saya caranya berciuman, sampai - sampai Saya jadi horny. Setiap kali berciuman, dia selalu minta Saya mematikan lampu. Kami biarkan cahaya yang masuk ke dalam petak kamar ini hanyalah cahaya dari lampu jalanan yang berdiri tegak di jalanan samping kamar. Siapa bilang butuh tempat yang nikmat untuk bermesraan, seperti di dalam kamar hotel mewah.Menghamburkan ratusan ribu uang. Kamar petak ini tempat yang sangat nikmat untuk bercinta.

Masalah mesra, hanya masalah hati dan... nafsu.
Cinta ? sudah melebur. Tidak perlu lagi dipertanyakan. Lagipula Salman lelaki yang setiap hari tidak pernah lupa mengatakan kata cinta. Bosan ? tidak pernah.
Kami biarkan malam lebur dalam deraian keringat dan lenguhan tanpa irama.
Kami biasa melakukannya dengan... Telanjang..!!

Tapi, sekarang ??
Saya sudah tidak tahan lagi, Saya matikan rokok dalam asbak, Saya membuka kembali balutan pakaian tidur Saya dan membiarkan tubuh Saya kembali telanjang di depannya. Sama seperti waktu dulu. Hanya, kali ini tanpa ciuman dan tanpa pelukan.
Saya mau dia mengingat moment itu dengan sangat jelas.
DENGAN SANGAT JELAS... !!!!
Nafas Saya memburu. Saya sudah telanjang. Saya bergerak maju ke depannya. Salman menunduk.
" Kenapa kamu tidak telanjang juga ?"
Salman masih menunduk dan menggelengkan kepalanya.
Saya sudah tidak tahan lagi. Saya menangis meraung - raung.
" KENAPA KAMU TIDAK TELANJANG JUGA..??? "
Salman terus menangis dan jatuh ke lantai, memukuli lantai sambil terus memaki diri sendiri.

" Cium Saya.."
Salman menggeleng.
" Peluk Saya.."
Salman masih menggeleng.
" Setubuhi Saya.."
Salman menutupi muka dengan kedua tangannya sementara kepalanya terus menggeleng.

" Kamu melakukan seperti ini juga dengan dia ? "
" Kamu mengcopy paste ritual bercinta kita ? "
" Ohh, kamu mau Saya mematikan lampu juga seperti kalau kita sedang bercinta ?? Baik. Akan Saya matikan. " Saya berlari mencari tombol lampu dan menekan tombol off.
lampu mati.
Salman masih di lantai.

" Rasanya sama enaknya ? lebih enak Saya atau Dia ? "
Salman hanya meraung meneriakkan kata maaf.
Maaf. Maaf dan Maaf.
Murah sekali harga maaf itu.
Diobral.
Cuiihh...

Saya masih telanjang ketika Saya angkat badannya, Saya paksa dia untuk berdiri. Salman berdiri tapi tetap menutup mata dengan kedua tangannya. Saya paksa dia untuk membuka tangannya. Salman menolak. Dia terus saja teriak mengatakan kata maafnya itu. Berulang kali.

Badan Saya lemas. Saya tarik tangan Saya dari tangannya. Saya berdiri dan mulai menangis. Menangis meraung - raung.
Saya tidak tahu apa yang sedang dia lakukan, di tengah derai tangis Saya ini. Saya hanya mendengar dia berkata sambil terisak, " Saya sudah rendah, tolong jangan semakin merendahkan Saya... Saya minta maaf.."

Saya terus menangis dan berjalan ke arah tempat tidur, Saya naik ke atasnya dan menyelimuti badan Saya yang masih telanjang bulat ini, masuk ke dalam selimut tebal milik kami. Selimut yang selalu menghangatkan kami. Saya sedih bukan main. 5 tahun bukan waktu yang sangat pendek.

" Tubuh seorang isteri adalah tubuh yang memang sangat murah. Lebih baik Saya menjadi seorang pelacur dari pada menjadi seorang isteri yang bodoh... terserah kamu mau melakukan apapun juga. Saya akan tetap telanjang seperti ini, sampai kamu sadar, bahwa Saya telanjang hanya buat kamu.. Sampaikan salam manis Saya untuk... selingkuhan kamu itu.... Selamat malam, suamiku sayang..." Saya mengucapkan barisan kalimat ini, hanya untuk mengingatkannya kalau Saya ini memang isterinya bukan seorang pelacur yang kerjanya hanya menunggu dia pulang, terus mengangkang untuk disetubuhi juga, setelah sebelumnya di luar sana, dia lebih dulu menyetubuhi selingkuhannya.

Salman terdiam seribu bahasa.
Salman tidak bisa bergerak.
Hanya terus berucap kata maaf.

The End.

*ditengatugasaudisiclearhairmodelsurabaya,Hotel Santika*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar